Pertempuran tidak bisa dihindari. Keduanya berusaha saling mengalahkan dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing.
Dalam sekejap, Surakaca telah berada dalam genggaman Ki Gede Palimanan sehingga tidak bisa melepaskan diri.
Dalam suasana kritis, keris Ki Gede Palimanan sebentar lagi akan merobek dada Surakaca.
BACA JUGA:Demo Warga Surakarta Cirebon, Hamdan: Rakyat Tidak Mau Lagi Dipimpin Kuwu yang Zalim
Tiba-tiba, Surakaca dapat mencabut keris pusakanya yang terselip di pinganggnya.
Alangkah terkejutnya Ki Gede Palimanan, melihat lawannya telah menghunus sebilah keris bercahaya putih mengarah ke arah kerisnya.
Melihat keris bercahaya tersebut, Ki Gede Palimanan melepaskan Surakaca dan mundur beberapa langkah.
Dirinya teringat beberapa tahun ke belakang, Keris Brajadenta telah dihanyutkan ke sungai dalam sebuah kendaga bersama cucunya yang baru lahir.
"Hai anak muda, tunggu, sebelum aku membunuhmu, sebaiknya sebutkan namamu agar aku tidak menyalahi hukum seorang kesatria," ucap Ki Gede Palimanan
"Namaku Surakaca. Raden Johar juga namaku," jawa Surakaca.
Ki Gede Palimanan terkejut mendengar lawannya menyebutkan nama Raden Johar.
Dan benar dugaannya, bahwa keris yang berada di tangan Surakaca adalah Brajadenta, kerisnya yang dihanyutkan bersama cucunya.
"Cucuku hentikan semua perlawananmu. Dengar baik-baik, engkau adalah cucuku dan keris Brajadenta di tanganmu merupakan bukti nyata," jelas Ki Gede Palimanan.
Setelah berkata demikian, Ki Gede Palimanan mundur meninggalkan perlawanan Surakaca.