CIREBON, RADARCIREBON.COM - Tradisi Drugdag Keraton Kasepuhan Cirebon, merupakan tradisi pukul bedug sebagai tanda sudah masuknya bulan puasa.
Menurut Patih Sepuh Keraton Kasepuhan, Pangeran Raja Goemelar Soeriadiningrat, Tradisi Drugdag sudah dilakukan sejak zaman Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
"Tradisi ini dilakukan sejak zaman Syekh Syarif Hidayatullah, dimana merupakan seorang wali, seorang ulama yang menyebarkan ajaran Islam di pulau Jawa Barat," ucap Pangeran Raja Goemelar Soeriadiningrat, Senin 11 Maret 2024.
Dijelaskan lebih lanjut, Tradisi Drugdag yang dilakukan Keraton Kasepuhan Cirebon ini, untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 2024.
BACA JUGA:Makna Tradisi Drugdag Keraton Kasepuhan Cirebon
Meski begitu, sambung Patih Sepuh, terdapat perbedaan di tiap masing-masing daerah dalam menyambut datangnya bulan penuh berkah tersebut.
"Di beberapa daerah cara penyambutannya bermacam-macam, ada yang pawai obor dan lain-lain," jelasnya.
Adanya perbedaan dalam penentuan awal puasa, menurut Patih Sepuh, bukan merupakan penghalang untuk melakukan ibadah.
Menurutnya, perbedaan harus disikapi sebagai bentuk keanekaragaman, tanpa harus menjadi penyebab terjadinya perselisihan.
BACA JUGA:Sholat Tarawih Kilat di Indramayu Bakal Kembali Digelar, 23 Rakaat Selesai 6-7 Menit
"Tetap kita bersama-sama dalam melakukan ibadah puasa," tegasnya.
Dalam tradisi Drugdag ini, setiap pukulan bedug memiliki alunan yang berbeda-beda.
"Alunan nada bedugnya berbeda-beda, ada ciri khasnya," jelasnya.
Adapun bedug yang dipukul sebagai Tradisi Drugdag, disebutkan Patih Sepuh memiliki nama.
BACA JUGA:Tradisi Munggahan Menyambut Ramadan Ternyata Masih Dilakukan, Ini Dia Maknanya