Jika hendak bermain dengan teman-temannya, anaknya itu selalu meminta izin kepada dirinya.
"Dulu sih normal, kalau mau main hingga sore selalu izin, namun saya tidak bisa pantau main ke mana, saya tidak tahu," ucapnya.
Namun seiring berjalannya waktu, kekecewaan yang dipendam anaknya itu, lama-lama membebani pikiran anaknya.
"Emosi karena HP-nya saya jual, mungkin itu salah satu faktor jadi seperti itu," jelasnya.
Selain sering marah-marah, anaknya itu kerap kali menghilang kabur dari rumah.
Diakui Siti, anaknya tersebut terhitung sudah 20 kali menghilang.
"Sering menghilang, paling jauh ditemukan di Kuningan," ujarnya.
Dengan bantuan warga sekitar, pencarian anaknya itu dilakukan lewat pengumuman di media sosial.
Usaha pencarian dengan cara dibagikan lewat grup KOCI itu, anaknya berhasil ditemukan di wilayah Kuningan yang diamankan oleh petugas Satpol PP setempat.
"Sampai kakinya melepuh, nggak pakai sandal, keluar jam 7 pagi ditemukan habis ashar," jelas Siti.
Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas), Dinas Pendidikan Kota Cirebon, Ade Cahyaningrum, melakukan kunjungan ke tempat tinggal anak yang alami depresi.
Menurut Ade, soal gangguan kesehatan mental dan psikologi yang dialami, diduga kesedihan anak sangat mendalam yang tidak bisa keluar karena termasuk anak pendiam.
"Jadi pulang ke rumah, HP sudah dijual. Mungkin hatinya tidak nerima," ujarnya.
Ade mengapresiasi karena pihak guru maupun kepala sekolah tempat anak tersebut dulunya belajar, sudah datang lebih dahulu.
Tetapi, kasus ini perlu penanganan situasi khusus. Anak tersebut tidak boleh dikeluarkan dan jangan sampai putus sekolah.
"Pendidikan bagi kami nomor 1. Guru sudah sering datang ke sini. Aman insya Allah. Ini kepala sekolah, dari kami dinas pendidikan selalu datang. Ada kepedulian dari warga," tuturnya.