"Pondasi yang terbawa arus sungai menyebabkan dua tiang jembatan menggantung,” jelasnya.
BACA JUGA:TRAGIS! Atlet MMA Inisial RP Lompat dari Atas Gedung Apartemen di Bandung
BACA JUGA:Bira Pangkas Rambut Hadir Cabang Kedua, Pangkas Rambut Cukup Rp 20 ribu
Meskipun belum ada tanggapan dari kecamatan dan DPUTR Kuningan, kepala Desa Wilanagara berharap pemerintah segera turun tangan untuk memperbaiki jembatan yang ambruk tersebut.
Sebagai upaya darurat, warga akan bergotong royong membuat jembatan darurat menggunakan bambu dan alat seadanya.
Terpenting bagi petani, masih bisa menyebrang meskipun berhadapan dengan bahaya.
"Kami berharap ada perhatian dari pemerintah pusat maupun daerah. Jika tidak, banyak petani yang akan mengalami kerugian besar karena sawah mereka tidak bisa tergarap," pungkasnya.
BACA JUGA:Sukses Menambah Pelanggan, Kunci Membaiknya Kinerja PLN 2023, Terbanyak dari Golongan Rumah Tangga
BACA JUGA:KPI Dukung Polri Tuntaskan Kasus Vina Cirebon, Begini Sarannya untuk Meredam Rumor dan Asumsi Liar
Kerusakan jembatan penghubung Desa Wilanagara, Kecamatan Luragung, Kabupaten Kuningan, membuat petani harus menyeberangi Sungai Cisanggarung untuk menuju ke sawah atau lahan garapan.
Setidaknya ada 70 hektare lahan pertanian yang terancam terisolir karena kerusakan jembatan tersebut.
Di tengah kondisi musim tanam seperti sekarang ini, mereka terpaksa menerjang arus Sungai Cisanggarung. Meksi tidak banyak petani yang berani.
Salah seorang petani, Rasyim mengatakan, untuk menyiasati garapan sawah, para petani terpaksa harus menyeberang Sungai Cisanggarung.
BACA JUGA:CIS Gelar Tasyakur Khotmil Quran
Pasalnya, ada sekitar 52 dari 72 hektare sawah yang masuk dalam musim tanam kedua.
"Jembatan rusak. Jadi terpaksa menyeberang kali karena tidak ada jalan lain. Kalaupun ada muternya jauh," kata Rasyim, Senin 3 Juni 2024.