D : Nilai yang didapatkan dari sisi kemanusiaan, Saka Tatal pada usia remaja (berhenti menahan tangis) tidak bisa menikmati masa remajanya. Dia harus melewati penjara dalam kurun waktu yang lama, mengalami tekanan fisik dan psikologi. Dan yang saya kagumi adalah setelah bebas, dia mengatakan, menggugat kepada negara bahwa dia tidak bersalah. Sikap ini sikap patritotik anak muda Indonesia yang harus jadi contoh.
D : Saya bertemu kakaknya waktu pertama berkunjung, saya pernah ke rumahnya. Saya lihat rumah yang sangat jelek.
Sampai saat ini sudah puluhan yang saya wawancara menyangkut Saka Tatal, mencoba memahami peristiwa apa yang dialami oleh Saka Tatal pada 27 Agustus 2016.
Dari channel yang saya ungkapkan ke publik pada 27 Agustus 2016, Saka Tatal di rumah. Dia nongkrong sampai malam hari di rumahnya Sadikun. Saat itu ada motor Irfan yang mogok karena mengalami gangguan. Kemudian diteleponlah pemilik bengkel bernama Heri apakah bisa memperbaiki motor Irfan dan Heri mengatakan bisa. Kisaran pukul 22.00 WIB mereka menceritakan pergi bersama-sama. Saka Tatal dibonceng oleh Sadikun, Irfan membawa motornya sendiri.
Setelah mereka berangkat masuk ke fly over, Sadikun menceritakan ada kerumunan orang, ada polisi di situ. Sadikun berkesimpulan bahwa adalah operasi tilang. Karena dia tidak bawa surat motor, dia tidak jadi lewat fly over, dia turun lewat jalan bawah. Dan sampailah ke bengkel Heri dan motornya diperbaiki.
Dari seluruh rangkaian yang saya lakukan besifat mendadak, dalam bahasa hukumnya mungkin rekonstruksi, kalau saya tidak punya kewenangan itu. Semua alur berjalan sempurna, tidak ada yang satu sama lain saling bertentangan.
Kalau mereka berbohong, membuat skenario, saya pikir tidak bisa menceritakan rangkaian perjalanan seperti itu. Cara seperti itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang benar dan jujur.*