Ki Gedeng Tapa, mulanya akan didaulat menjadi Raja/Penguasa di Cirebon Girang. Rencananya menggantikan kedudukan ayahnya Ki Gedeng Kasmaya.
BACA JUGA:Program 100 Hari Kerja Dian-Tuti di Kuningan: Perbaiki 100 Kilometer Jalan
BACA JUGA:Edo – Farida Sah Jadi Pemenang Pilkada, Kapan Pelantikan Walikota Cirebon?
Hanya saja, adik Ki Gedeng Kasmaya, bernama Ki Gedeng Surawijaya Sakti yang kala itu menjadi Raja di Singapura, wafat.
Sebelum wafat yang bersangkutan tidak mempunyai keturunan. Karena itu diputuskan yang melanjutkan tahta di Singapura adalah keponakannya, yakni Ki Gedeng Tapa.
Singapura yang diperintah oleh Ki Gedeng Tapa terbilang ramai. Selain ada Pelabuhan Muara Jati juga ada kota pelabuhan yang disebut Pasambangan Jati.
Kota ini selain pernah disinggahi Cheng Ho, juga biasa didatangi oleh banyak pedagang asing baik dari Tiongkok, Arab, India, Persia dan Jawa.
Sperrri ciri-ciri negeri di dekat pelabuhan, raja dan rakyat Singapura sangat terbuka dengan hal-hal baru yang datang. Termasuk terbuka pada agama baru yang dibawa oleh para pedagang maupun mubalig Islam dari berbagai negara.
Ketika itu Ki Gedeng Tapa mengizinkan ulama yang bernama Sykeh Nurjati untuk membuka pesantren di Giri Amparan Jati. Merupakan gunung kecil yang letaknya tidak terlampau jauh dari Kota Pasambangan Jati.
Sebelum kedatangan Syekh Nurjati, Singapura juga mengizinkan Syekh Qura berdakwah di Singapura. Hanya saja kala itu Syekh Qura memutuskan mengajarkan Islam di Karawang.
Banyaknya pedagang dan pendakwah muslim yang berinteraksi dengan Ki Gedeng Tapa, membuatnya tertarik pada ajaran Islam. Pada akhirnya dia pun memutuskan untuk memeluk agama Islam.
Karena itu, dia merupakan penguasa di Kerajaan bawahan Pajajaran yang mula-mula memeluk agama Islam. Memang pada waktu itu belum ada satu raja di bawahan kerajaan Pajajaran yang memeluk agama Islam.
Ki Gedeng Tapa memiliki satu orang anak perempuan. Namanya Subang Larang atau Subang Karancang.
Sang anak satu-satunya oleh Ki Gedeng Tapa yang sudah mualaf, betul-betul diperhatikan pendidikan agamanya. Dia pun dikirim agar belajar agama Islam kepada Syekh Nurjati,
Tidak sampai di situ. Subang Larang juga dikirim oleh bapaknya untuk belajar agama Islam kepada Syekh Qura di Karawang.
Dia sangat sadar kalau tidak memiliki anak laki-laki untuk melanjutkan tahtanya di Singapura. Karenanya, Ki Gedeng Tapa tidak mau sembarangan mencari menantu.