Maulwi Saelan Si Penjaga Terakhir Soekarno

Kamis 03-04-2014,11:00 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

SEPOTONG kalimat sarat makna itu keluar dari bibir H. Maulwi Saelan dengan tatapan serius, sambil memeluk erat rekannya, sesama pejuang tua. Hadirin yang datang dan disambutnya mesra, raut tubuhnya sudah melapuk dimakan usia. Namun, mereka tetap memiliki sorot mata tajam. Seolah-olah ingin menunjukkan, raut tubuh tua hanya sekadar tampak luar dan bukan lemah semangat dalam berjuang. Drama heroik itu dipersaksikan sejumlah mantan antarpengawal revolusi, dua belas tahun lalu, di sebuah hotel, pusat Jakarta. Hotel itu menjadi saksi bisu dan berubah menjadi tempat reuni antarpengawal revolusi. Saelan, pensiunan kolonel korps polisi militer, melanjutkan kalimatnya, \"Jumlahnya terus menyusut, tetapi kami prajurit yang terpanggil oleh revolusi kemerdekaan, bertekad memberikan segalanya demi tegaknya revolusi Indonesia.\" Acara saat itu peluncuran bukunya berjudul \"Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa Dari Revolusi 45 sampai Kudeta 66\". Buku setebal 410 halaman berupa kesaksian Kolonel Maulwi Saelan, Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa, pasukan pengawal Presiden Soekarno. Tidak mengherankan kalau sebagian besar undangan adalah para Soekarnois, loyalis Bung Karno, khususnya sisa-sisa anggota Resimen Tjakrabirawa. Saelan berkata, \"Saya pibadi dan kami semua sangat bangga, acara ini dihadiri putri beliau yang kini menjadi Presiden Indonesia, Megawati Soekarnoputri.\" Dengan tersenyum, Presiden Megawati kemudian menulis pada halaman pertama buku, Untuk Oom Saelan, dengan salam, MERDEKA.... Dua buah buku karyanya, \"Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa Dari Revolusi 45 Sampai Kudeta 66\" dan \"Penjaga Terakhir Soekarno\", diterima awak media ini, Maulwi Saelan telah membuktikannya dengan menumpahkan pengabdian dalam beragam bidang. Dilahirkan di Makassar tanggal 8 Agustus 1936 tahun silam, sejak bocah, putra nomor dua dan anak lelaki satu-satunya dari Amin Saelan ini sudah punya impian menjadi pemain sepak bola yang bisa tampil di Olimpiade. \"Ini gara-gara saya terpukau kejayaan pelari Jesse Owens yang berhasil memborong empat medali emas dalam Olimpiade Berlin tahun 1956.\" Impian Maulwi sewaktu kecil menjadi kenyataan tanggal 17 November 1956. \"Saya ditunjuk mempertahankan gawang kesebelasan Indonesia pada pertandingan bola Olimpiade XVI di Melbourne, Australia.\" Diperkuat para pemain legendaris, Ramang, Djamiat, Him Tjiang, Liong Houw, Kiat Sek, dan Ramlan sebagai kapten, untuk pertama kalinya tim sepak bola Indonesia tampil di olimpiade. Mereka menahan kesebelasan Uni Soviet (nantinya juara Olimpiade Melbourne) dalam posisi 0-0, bahkan sampai perpanjangan waktu dua kali 15 menit. Saelan mengenang, \"Saya jatuh bangun menahan gelombang serbuan beruang merah. Pokoknya, kami bertekad tidak menyerah. Waktu itu masih belum ada peraturan, kalau hasil pertandingan draw, harus dilakukan sudden death tendangan penalti.\" Persis 36 jam kemudian pertandingan diulang. Tim Indonesia yang sudah diremukkan (dua pemain cedera pada pertandingan pertama), kalah secara terhormat kepada Uni Soviet dengan angka 0-4 dalam pertandingan ulangan. Pengabdian Saelan yang kedua adalah memenuhi panggilan revolusi. Dalam usia di bawah 20 tahun, dia ikut berjuang melawan pasukan khusus NICA yang dipimpin Westerling. Emmy Saelan, kakak Maulwi, gugur ketika Belanda menyergap Robert Walter Monginsidi, yang nantinya dijatuhi hukuman mati. Seusai perjanjian Linggajati yang hanya mengakui Republik berkuasa di Madura, Jawa, dan sebagian Sumatera, \"Memaksa saya dan rekan-rekan meneruskan perjuangan di Jawa, meninggalkan Sulawesi dengan perahu.\" Saelan bertempur di Malang selatan. Karier tersebut mengantarnya menjadi Wakil Komandan Yon VII/CPM Makassar dan tahun 1958 berjumpa Bung Karno di Pare-pare, Sulsel. \"Bung Karno mengenal saya berkat Olimpiade Melbourne. Beliau tanya siapa ayah saya, Amin Saelan pendiri Taman Siswa Makassar....\" Ketika tahun 1962, Resimen Tjakrabirawa dibentuk, Saelan dipanggil dan ditempatkan sebagai kepala staf, kemudian menjadi wakil komandan ketika Peristiwa G30S/PKI tahun 1966 meletus. \"Saya tidak menulis otobiografi, tetapi bertekad meluruskan kesalahpahaman sejarah. Khususnya, tuduhan keterlibatan Bung Karno pada Peristiwa G30S yang pada dasarnya creeping coup d\'etat, kudeta perlahan-lahan.\" Dalam bukunya, Saelan mengungkapkan kenyataan pada hari-hari panjang, sewaktu kekuasaan Presiden Soekarno di-preteli. Saelan bisa melakukannya, oleh karena setelah Surat Perintah 11 Maret keluar, dia bertugas sebagai ajudan Bung Karno. Dan dalam senja kehidupan Bung Karno yang semakin larut, dia masih tetap mendampingi. \"Saya sangat kecewa dengan tersebarnya pengakuan Bambang Widjarnako yang mengatakan Bung Karno terlibat G30S/PKI. Bambang, satu-satunya bekas ajudan Bapak yang bersedia tanda tangan pada surat pemeriksaan interogrator Orba dalam versi G30S/PKI sebagaimana sudah mereka arahkan sejak awal.\" Melalui \"Penjaga Terakhir Soekarno\", Maulwi Saelan berusaha membersihkan nama Tjakrabirawa dari tuduhan tak berdasar. Tjakrabirawa yang dibentuk tahun 1962 untuk mengantisipasi serangkaian percobaan pembunuhan Soekarno sejak peristiwa penggranatan Soekarno di Cikini 1957, akhirnya \"direhabilitasi\". Kesaksian Saelan membuka wacana baru sekitar latar belakang Peristiwa G30S/PKI yang sampai sekarang masih kelabu pada hari-hari terakhir penderitaan Bung Karno. Ketika sang proklamator dibiarkan sakit, mengenai proses pengusiran Bung Karno dan keluarganya dari Kompleks Istana dalam waktu empat jam. \"Bung Karno meninggalkan Istana memakai kaus oblong, piyama, serta sandal usang. Bajunya disampirkan ke pundak...,\" paparnya. Sesudah dibebaskan dari tahanan empat tahun delapan bulan, pengabdian Maulwi Saelan tidak surut. Tahun 1979 dia mendirikan Yayasan Syifa Budi yang kini masih dipimpinnya, lembaga pendidikan sangat prestisius. \"Saya terkesan oleh Surat Al-Alaq ayat I-5, awal turunnya Al Quran yang diwahyukan melalui Nabi Muhammad SAW. Dengan ilmu pengetahuan, manusia akan bisa menjadi Khalifah Allah, itu saja yang ingin terus saya jalani sampai sekarang ini.\" (wb)

Tags :
Kategori :

Terkait