Tujuan: Meningkatkan mutu melalui pembinaan dan pendampingan sistematis.
Alternatif solusi: Memilih strategi pendampingan dibanding sekadar inspeksi.
Evaluasi dan implementasi: Pendampingan dilakukan secara periodik dan berbasis data mutu (seperti dari Rapor Pendidikan).
Namun, dalam praktiknya, model ini menghadapi keterbatasan rasionalitas, seperti:
- Keterbatasan jumlah dan kualitas SDM pengawas.
- Masalah birokrasi dan anggaran di daerah.
- Kendala geografis dan infrastruktur di daerah 3T.
Teori Pengambilan Keputusan: Rational Comprehensive Model vs. Bounded Rationality (Simon, 1957)
- Jika menggunakan model rasional komprehensif, kebijakan ini seharusnya didasarkan pada data lengkap (misalnya, pemetaan kebutuhan tiap sekolah). Namun, realitanya, keterbatasan informasi (bounded rationality) membuat pendampingan mungkin tidak merata.
- Fenomena: Pengawas cenderung fokus pada sekolah yang mudah dijangkau, sementara sekolah terpencil tetap tertinggal.
b. Teori Incrementalism (Charles Lindblom)
Kebijakan ini juga bisa dianalisis sebagai kebijakan inkremental (bertahap):
Pendampingan mutu bukan hal baru, namun diperkuat dan difokuskan pada aspek pembinaan berkala.
Merupakan penyesuaian kecil namun strategis dari pendekatan pengawasan sebelumnya yang bersifat administratif dan reaktif.
BACA JUGA:Tidak Berizin, Tim Gabungan Pemprov Jabar Tutup Lokasi Tambang di Cianjur
Teori Kebijakan: Model Incrementalism (Lindblom, 1959)
- Kebijakan ini dapat dilihat sebagai perbaikan bertahap dari sistem pengawasan yang sudah ada, bukan perubahan radikal.
- Pemerintah tidak mengubah struktur pengawasan secara drastis, tetapi memperkuat peran pengawas melalui pendampingan.
- Kelemahan: Pendekatan incremental mungkin kurang efektif jika akar masalah mutu pendidikan adalah struktural (misalnya, kurangnya anggaran atau kesenjangan infrastruktur).