Mahasiswa Cirebon Tertahan di Mukalla

Kamis 09-04-2015,09:27 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Ingin Tetap Kuliah di Yaman, Indonesia Intens Melobi PBB CIREBON- Mahasiswa Universitas Al-Ahgaff Yaman asal Cirebon, Ro’fat Hamzie, saat ini masih tertahan di Kota Mukalla. Ro’fat tertahan karena kota tersebut dijaga beberapa pasukan, sehingga tim dari Kemenlu Indonesia sulit masuk untuk melakukan evakuasi. Pengasuh Ponpes Gedongan Kabupaten Cirebon Ustad Agus Muhaimin mengakui saat ini adiknya Ro’fat masih tertahan di Kota Mukalla. “Saya terus kontak-kontakan. Katanya saat ini posisinya di Mukalla. Kemenlu gak ke Mukalla karena alasannya nggak bisa masuk ke kota tersebut,” ujar Ustad Agus saat dihubungi Radar, kemarin. Masih menurut Ustad Agus, Kamis besok adiknya dan beberapa mahasiswa lain akan berusaha meninggalkan Mukalla. “Iya kalau bus gak bisa antar rombongan dari Mukalla, maka kemungkinan akan berangkat ke Oman hari Sabtu. Tim evakuasi terdiri dari asatidz dan PPI (Persatuan Pelajar Indonesia, red),” ujarnya. Para mahasiswa tersebut akan dikumpulkan di Oman kemudian diterbangkan ke Indonesia. “Tadinya akan menggunakan jalur laut untuk menuju Indonesia. Tapi sekarang menggunakan bus terlebih dahulu melewati pesisir pinggir pantai, untuk dikumpulkan di Oman, lalu diterbangkan ke Indonesia. Kenapa melalui Oman,karena di Yaman sudah tidak ada bandara yang beroperasi,” bebernya. Sementara terkait pernyataan Menlu Retno Lestari Priansari Marsudi yang meminta mahasiswa Universitas Al Ahgaff untuk belajar di Cirebon, Ustad Agus mengaku belum yakin. Dia tetap menginginkan mahasiswa yang saat ini kembali, suatu saat kembali lagi ke Yaman dan melanjutkan studi seperti semula. “Menteri itu kan bilang boleh kembali ke Yaman jika sudah kondusif. Menurut adik saya itu kalau di Cirebon itu bukan cabang Universitas AL Ahgaff, tetapi melainkan hanya yayasan yang mengurusi mahasiswa yang akan belajar di Yaman. Jadi itu hanya teknisnya saja. Jadi jelas, gak bisa mewakili universitas untuk pembelajaran dan tes. Kami berharap adik saya untuk ke Yaman setelah reda dengan biaya yang ditanggung oleh pemerintah,” tegasnya. Indonesia sendiri terus mendorong Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk segera mengeluarkan upaya resolusi untuk Yaman. Meski telah dibahas di tingkat dunia, namun belum ada kesepatakan di PBB mengenai resolusi tersebut. Menlu Retno Lestari Priansari Marsudi mengungkapkan pihaknya melalui perwakilan tetap Indonesia di PBB terus melakukan monitoring. “Tapi sampai sekarang masih belum ada draf resolusi yang akan dikeluarkan,” tuturnya di Jakarta, kemarin (8/4). Selain melakukan monitoring, perwakilan Indonesia untuk PBB juga diminta terus menyerukan agar Dewan Keamanan PBB mau mengeluarkan resolusi jeda kemanusiaan (humanitarian pause). Jeda kemanusiaan ini sangat diharapkan lantaran bisa dipergunakan untuk melakukan evakuasi kepada Warga Negara Indonesia (WNI) yang hingga kini masih terjebak dalam perang. Tercatat sebanyak 89 orang WNI yang masih berada di Aden, 50 orang di Sana’a, 200 orang di Al-Mukalla, dan 444 orang di Tarim. Saat ini, tim Percepatan Eva­kuasi WNI masih terus mela­kukan upaya penyelamatan. Tim yang bertugas di Tarim telah berha­sil mengumpulkan WNI dari wilayah Yaman Timur untuk diba­wa menuju Salalah, Oman dengan jarak tempuh selama 4 jam. Sementara itu, Tim Percepatan Evakuasi WNI di wilayah Yaman Barat masih terus mendata dan melakukan pendekatan kepada otoritas terkait untuk dapat masuk ke wilayah Yaman. Tim juga terus memantau situasi untuk selanjutnya melakukan evakuasi keluar Yaman. Untuk Tim Evakuasi di wilayah Yaman Selatan, hingga kini masih terus menjajaki ketersediaan kapal dari Djibouti untuk menjemput WNI yang ada di Kota Aden. Sebab, hingga kini belum ada kapal yang berani berlabuh karena kondisi keamanan tidak stabil. Sementara itu, proses pemulangan juga terus dilakukan. Kemarin, 60 orang WNI kemballi diterbangkan dari Salalah, Oman, dengan penerbangan Emirates EK 358 ETA. Rombongan lain pun turut diterbangkan melalui Djibouti menuju tanah air dengan menggunakan Qatar QR 958. Terdapat 10 orang WNI dalam penerbangan kedua. Dengan pemulangan ini, total sebanyak 770 WNI yang telah dipulangkan sejak Desember tahun lalu. (den/mia/end)

Tags :
Kategori :

Terkait