Cirebon Masuk Zona Merah Radikalisme

Kamis 16-04-2015,10:00 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

CIREBON – Dalam sebuah diskusi antara NU dengan Kementerian Pertahanan RI, wilayah Cirebon (Kabupaten/Kota Cirebon) masuk dalam zona merah perihal perkembangan radikalisasi Islam. Hal ini disampaikan oleh Wakil Sekretaris Jenderal PBNU H Adnan Anwar dalam diskusi publik dengan tema “Menghalau Paham ISIS” di halaman NU Center, Sumber, kemarin (15/4). “Cirebon ini zona merah, harus hati-hati. Ini bahaya, kalau sampai kiai-kiai meleng, sampean bisa digorok oleh kelompok-kelompok radikal yang mengatasnamakan agama,” katanya. Bahkan, Cirebon ini sudah mirip atau mendekati Solo. Sebab, dua wilayah ini yang sangat strategis di Indonesia untuk mengembangkan paham radikalisme Islam. Jadi, kelompok radikal seperti ISIS, mengobarkan propaganda kepada umat Islam bahwa sekarang ini sudah mulai mendekati kiamat. Karena dianggap kiamat, Abu Bakar Al-Bagdadi (pimpinan ISIS) dianggap orang yang akan melahirkan Imam Mahdi. “Dia ini pintar, menguasai kitab kuno dan diklaim sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW melalui Husein. Makanya, ini sangat kuat dan bahaya. Lebih bahaya dari Osamah bin Laden,” bebernya. Selain melalui jihad, propaganda ISIS ini melalui ekonomi. Perlu diketahui, Indonesia kesenjangan ekonominya sangat jomplang. Bayangkan, dalam sehari ada orang yang bisa berpenghasilan Rp1 miliar, tapi di sisi lain ada yang hanya Rp10 ribu. “Kesenjangan ini sangat bahaya dan lahan yang subur bagi gerakan terorisme dan radikal,” tandasnya. Lebih lanjut dikatakan Adnan, untuk mengatasi penyebaran ISIS di Indonesia, ada bebarapa pendekatan yang harus dilakukan. Pertama, pendekatan secara hukum, PBNU pernah mengusulkan harus ada hukuman yang sangat keras kepada kelompok yang secara terang-terangan melakukan kriminalisasi terhadap ideologi negara. “Kalau ada orang-orang mentogutkan atau mengkafirkan NKRI. Maka, sudah bisa ditangkap, karena di KUHP ada, yakni makar terhadap negara,” terangnya. Kalau hanya menutup situs internet, itu baru sebatas soft power. Harusnya, mereka itu ditangkap atau dibubarkan. Berdasarkan data dari Kementerian Pertahanan, level ideologi kaum radikal ini sudah mencapai 8 digit. Artinya, mereka sudah tidak bisa diajak dialog, mati lebih baik daripada hidup. “Ini susah, tidak bisa dibina, tapi dibinasakan,” tegasnya. Pendekatan selanjutnya, adalah melalui ideologi. Sesuai dengan pesan almarhum KH Sahal Mahfud untuk mengatasi gerakan radikal ini harus dilakukan dengan cara ideologi mati suri. Artinya, jangan sampai mereka itu membangun satu teritori, baik dalam level RW atau desa. “Cirebon kalau tidak hati-hati, bisa mengarah ke sana, jadi harus dipecah atau kanan kirinya mushalanya diramaikan, malam Jumatnya harus dibarjanzikan dan dakwahnya intensifkan, sehingga jumlah mereka tidak banyak atau menyebar,” ungkapnya. Sementara, berdasarkan data dari Polres Cirebon, Cirebon ini sudah banyak warganya yang masuk dalam jaringan teroris Indonesia, bahkan luar negeri. Ada sekitar 27 orang pelaku terorisme yang berdomisili di Cirebon. “Ini ada yang sudah mati, di LP Nusakambangan, di LP sini ada,” kata Kapolres Cirebon AKBP Chiko Ardwiatto SIK MHum saat menyampaikan materi dalam diskusi publik tersebut. Oleh karena itu, dia mengimbau kepada masyarakat jangan sampai radikalisme ini berkembang. Tentu saja ini bergantung dari masyarakat Kabupaten Cirebon. Kepolisian sendiri sudah berupaya melakukan pencegahan, dengan cara memberikan pandangan-pandangan kepada masyarakat untuk tidak ikut pada aliran-aliran yang sesat. “Tolong diwaspadai di lingkungan masyarakat, kalau ada orang tertutup. Apalagi, baru pulang dari luar negeri, segera laporkan ke polisi,” imbaunya. Terpisah, Bupati Cirebon Drs H Sunjaya Purwadisastra MM MSi juga mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan komunikasi yang intensif dengan sesama warga, aparat desa, kecamatan, kepolisian dan TNI sebagai upaya pencegahan dini tindak dan paham radikalisme. Karena, dengan dicap sebagai zona merah, dia pun merasa khawatir, jika tidak dicegah sedini mungkin, 27 orang yang disebutkan oleh Kapolres bisa bertambah. “Jika komunikasi ini berjalan baik, kita dengan mudah menangkis pengarus radikalisme,” singkatnya. (jun)

Tags :
Kategori :

Terkait