Jalur Kartini Macet, Polisi Lakukan Rekayasa Lalulintas CIREBON - Meski kembali menjadi dua arah, namun satu jalur Jl Kartini Kota Cirebon besar kemungkinan akan kembali tetap diterapkan. Tapi, berbeda dengan penerapan awal dengan 24 jam nonstop, ke depan akan diberlakukan pada waktu-waktu tertentu. Sebab, sudah tidak memungkinkan untuk dua jalur, mengingat Kota Cirebon menjadi pusat perdagangan dan jasa. Oleh karena itu, Walikota Cirebon Drs H Nasrudin Azis SH akan menginstruksikan kepala Dinas Perhubungan, Informatika dan Komunikasi (Dishubinkom) untuk kembali mengkaji ulang Jl Kartini. Alasannya, aktivitas masyarakat di Kota Cirebon sangat tinggi. Dia mengatakan, ditariknya kembali Jl Kartini menjadi dua jalur bukanlah kebijakan, karena tidak ada SK yang mengesahkan penetapan Jl Kartini satu jalur. Meski demikian, Jl Kartini menjadi perhatian khusus melihat aktivitas di jalan utama Kota Cirebon kerap kali terjadi kemacetan. Ditambah lagi, jalan di Kota Cirebon sangat pendek, baru beberapa meter langsung lampu merah, belum lampu merah kemudian ada perlintasan kereta api. Nah melihat kondisi seperti ini, maka pihaknya juga akan mengkonsultasikan dengan pemerintah pusat apakah memungkinkan untuk pembangunan fly over atau under pass. “Penyumbang terbesar kemacetan adalah padatnya jadwal perlintasan kereta api, juga menjadi salah satu problem kemacetan panjang di sepanjang Jl Kartini. Apalagi, wilayah Kota Cirebon semuanya dibelah jalan kereta api. Rencananya, kita ada opsi untuk menggunakan satu jalur dengan waktu-waktu tertentu,” ucapnya. BANTAH PLINPLAN Pada kesempatan itu, Azis juga membantah bahwa kebijakannya plinplan karena sibuk mengurus calon pendampingnya (E-2), sehingga tidak fokus menjalankan kinerja. Dia mengaku tidak akan tersinggung dengan kritikan terhadap dirinya. Karena bagi Azis, itu adalah kritik yang membangun untuk Kota Cirebon. “Itu kritik membangun untuk Kota Cirebon, bagi saya tidak ada masalah,” kata Azis. Azis tidak menampik berbagai persoalan Kota Cirebon sampai sekarang belum terselesaikan. Karena itu, dirinya berharap setelah terpilih wakil walikota, maka dirinya akan berbagi tugas untuk menyelesaikan persoalan di Kota Cirebon. Akademisi Unswagati, Sigit Gunawan SH MKn mengingatkan kepada walikota atas pernyataannya di media yang selalu menyampaikan dirinya sedang fokus pada pemerintahan, namun kenyataan yang terjadi justru berbagai persoalan pemerintahan tidak mampu diselesaikan. Buktinya, semakin bertumpuk permasalahan di Kota Cirebon mulai mutasi yang dituding bermasalah, PNS teladan, Sapa Warga yang tidak jelas, mobil dinas fraksi, RAPBD Perubahan 2105 yang belum disampaikan ke DPRD, one way Jalan Kartini menjadi dua jalur dan lainnya. “Pernyataan Azis yang ingin konsen di pemerintahan terbukti tanpa hasil. Kenyataannya persoalan semakin bertumpuk, lalu apa yang sudah dikerjakan walikota selama ini?” tegasnya. Walikota, menurut Sigit, terlalu mudah berubah pikiran karena para pembisik-pembisiknya yang tidak jelas. Bukti Azis seorang peragu terjawab sudah dengan one way pada saat itu diresmikan langsung walikota, sekarang malah dianulir sendiri oleh pemkot. “Kota Cirebon butuh pemimpin yang tegas bukan peragu. Jika tidak segera diselesaikan sekarang, ke depan persoalan Kota Cirebon akan semakin menumpuk,” tandasnya. Sebelumnya, anggota Komisi A DPRD Kota Cirebon, Andri Sulistyo menyampaikan, untuk perubahan lalu lintas di Kota Cirebon harus ada tindakan konkret yang diambil Pemerintah Kota Cirebon. \"Ini menjadi sorotan yang harus kita perbaiki. Karena kota ini sudah mulai macet di mana-mana. Pasti orang kumpul di sini. Harus diambil tindakan konkret apa untuk melakukan perubahan pada jalur lalu lintas di Kota Cirebon,\" terangnya. Ada pencabutan, yang tadinya satu arah menjadi dua arah lagi. Andri berpendapat pencabutan itu merupakan kemunduran dalam bidang lalu lintas di Kota Cirebon. \"Kalau memang pemberlakuan Jl Kartini ini menyebabkan macet di daerah lain, kita beresin lagi dong semua. Jangan dikembalikan lagi seperti ini. Kalau seperti ini kan sama saja kemunduran, mana perubahannya?\" tandas politisi Golkar itu. Memang dari awal wacana one way Jalan Kartini ini hanya percobaan satu bulan. Kemudian dievaluasi bagaimana penerapannya apakah lebih efektif atau menjadi makin buruk. Menurut Andri, dengan adanya one way sudah jelas Jalan Kartini memang tidak menjadi macet. Tapi di ruas jalan lain jelas menjadi macet. \"Seharusnya di sini, bukan evaluasi satu titik saja. Evaluasi yang dilakukan oleh forum lalin itu yang tadinya di Jalan Kartini one way membuat Jalan Krucuk dan Pagongan ini macet, kemudian bagaimana cara penanganan macet di jalan lain, harusnya itu dilakukan. Bukan mencabut, ini sama saja yang tadinya mau ada perubahan, kita kembali ke nol lagi,\" katanya. Dirinya bahkan menyayangkan jika pencabutan one way itu disebabkan karena adanya demonstrasi. \"Saya tidak tahu apakah ini karena didemo lalu dicabut, atau evaluasinya seperti itu. Tapi sangat disayangkan apabila karena didemo itu langsung dicabut kebijakannya,\" ulasnya. Sehingga, ia meminta forum lalu lintas melakukan evaluasi secara menyeluruh mengenai kondisi lalu lintas di Kota Cirebon. Sementara anggota Komisi A lainnya, Harry Saputra Gani berpendapat pencabutan one way seharusnya tidak dilakukan. Menurutnya, akan lebih bijak jika penerapan one way diberlakukan dengan pembatasan jam operasional. \"Atau juga one way ini arahnya diubah bukan dari arah Gunung Sari ke Siliwangi, tapi dari Siliwangi ke Gunung Sari. Jadi kendaraan nanti kalau mau ke Jl Kartini muter dulu ke Wahidin dan Siliwangi, itu juga untuk meramaikan kawasan Wahidin yang selama ini sepi. Jadi, volume kendaraan bisa terurai,\" jelasnya. REKAYASA LALIN JL KARTINI-CIPTO Sementara itu, Polres Cirebon Kota melakukan rekayasa lalu lintas di Jl Kartini dan Cipto untuk mengurai kemacetan, Kamis (4/6). Pasalnya, pada jam-jam tertentu, lalu lintas dari arah Jl Kartini menuju Kedawung sering kali macet. Hal tersebut terjadi karena bubaran kantor, bubaran sekolah dan tempat kursus. Dan yang paling penting adalah belum tumbuhnya kesadaran tertib lalin di masyarakat secara umum. Pantauan Radar, sekitar pukul 11.00 lalu lintas dari arah alun-alun Kejaksan menuju Gunung Sari terlihat macet, bahkan seringkali terjadi kemacetan karena kendaraan yang bertemu tepat di tengah perempatan Gunung Sari saling membunyikan klakson, meminta jalan dan berusaha lepas dari kendaraan yang mengunci jalur. Hal tersebut diperparah karena tepat di pintu masuk Jl Tuparev, berderet parkir kendaraan, baik itu roda dua dan roda empat, yang semakin menambah penderitaan Jalan Tuparev, yang kadang ekornya sampai ke tengah perempatan Gunung Sari. Ditemui saat memasang barikade pengalihan arus Jl Kartini yang dibuang ke Jl Cipto, Panit II Satlantas Polsek Utbar, Aiptu Made mengatakan, pihaknya terpaksa membuang arus dari Jl Kartini arah Alun-Alun Kejaksan ke Jl Cipto, karena jika dipaksakan lurus ke Jl Tuparev atau dibelokan ke Jl Wahidin, maka lalu lintas sering macet di tengah dan mengunci hingga menyebabkan kemacetan panjang. “Kita alihkan kalau lagi crowded (macet, red). Biasanya jam pulang sekolah sama jam pulang kerja. Ini untuk menghindari kendaraan ngunci dan tidak bergerak,” ujarnya. Menurutnya, solusi tersebut dirasa cukup membantu untuk saat ini. Selain menghindari stuk di tengah perempatan, otomatis jumlah laka pun berkurang karena potensi gesekan dan persilangan jalur bisa diminimalisasi. “Selain rekayasa dari polisi, kita minta juga pengguna jalan untuk tertib berlalu lintas, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan seperti macet dan laka lantas bisa diminimalisasi,” ungkapnya. (sam/abd/dri)
Satu Jalur Bakal Dijadwal
Jumat 05-06-2015,11:29 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :