Akhir Agustus Ini Baru Sebagian, Bakal Besar-besaran di Awal Tahun KESAMBI- Rencama mutasi yang sempat muncul di media, rupanya belum pasti. Mutasi besar-besaran bahkan disebut-sebut bakal terjadi awal tahun 2016. Berarti, yang sekarang digembar-gemborkan kapan dilakukan? “Yang sekarang saya menilai itu hanya psywar walikota kepada bawahannya yang tidak loyal,” kata Umar Stanis Clau, Direktur The Human Institute, kemarin (4/8). Umar menganggap mutasi yang rencananya diumumkan Agusus sesuai pernyataan walikota sebenarnya kurang menarik. Kalau pun terjadi, dia memperkirakan hanya untuk sebagian jabatan tertentu. Justru yang menarik mutasi itu ketika walikota umumkan tahun 2016 mendatang. “Dan itulah mutasi besar-besaran akan dilakukan walikota. Kalau sekarang sih tidak menarik,’’ tandasnya. TERJADI KRISIS KEPERCAYAAN? Sementara itu, mutasi yang rencananya digelar akhir Agustus nanti merupakan mutasi kedua di tahun 2015 ini. Pada awal Januari lalu, walikota melakukan mutasi yang berujung pada gugatan hukum. Pengamat menilai Walikota Cirebon Nasrudin Azis krisis kepercayaan dari bawahan. Pengamat pemerintahan Agus Dimyati SH MH mengatakan saat ini terjadi fenomena birokrasi di tubuh Pemkot Cirebon. Menurut Agus, fakta di lapangan telah terjadi krisis kepercayaan dari bawahan terhadap pimpinan. Terlepas dari apapun alasannya, hal ini sangat mempengaruhi kinerja dan pelayanan kepada masyarakat. Sebagai pemegang kebijakan tertinggi, lanjutnya, seharusnya Nasrudin Azis melakukan instropeksi diri. Salah satunya, dengan tidak lagi menggunakan cara represif dalam menyampaikan kebijakan. Cara-cara elegan seperti seorang ayah kepada anaknya, mampu mendongkrak pemulihan kepercayaan itu. “Buktikan kepada seluruh bawahan, mutasi dalam rangka menyelamatkan pembangunan kota,” ujarnya kepada Radar, Selasa (4/8). Caranya, dengan menempatkan orang yang profesional dan kompeten di bidang masing-masing. Jangan sampai seperti mutasi awal tahun lalu menempatkan orang kesehatan di DPUPESDM. Akhirnya gugatan terjadi dan masih berproses sampai sekarang. Tanpa wibawa dan kepercayaan dari bawahan, pembangunan akan menjadi sulit dan kota tidak berkembang. Mutasi nanti, kata akademisi Unswagati ini, Walikota Azis harus menempatkan orang profesional, kompeten dan handal tanpa harus ada iming-iming uang upeti. Pasalnya, dengan sistem seperti itu akan muncul dampak lain yang bersifat sistemik. Menurut penilaiannya, posisi Azis saat ini di mata bawahan dianggap bukan sosok yang karismatik. Hal ini sangat berbahaya karena mereka tidak akan loyal. Selama ini telah menjadi budaya klasik dalam mutasi. Dimana, untuk menempati jabatan tertentu harus menyetor sejumlah rupiah. Dengan tidak loyalnya bawahan, masyarakat umum sudah pasti lebih dari itu. “Buat apa memimpin kalau bawahan tidak loyal? Walikota Azis jangan konyol jika menggadaikan kepercayaan dalam jabatan dengan uang,” pesannya. Tidak loyalnya bawahan dapat terlihat dari banyaknya pejabat yang tidak hadir dalam musrenbang dan halalbihalal kemarin. Untuk itu, lanjut Agus Dimyati, harusnya Nasrudin Azis sebagai pimpinan merenung dan instropeksi serta evaluasi diri. “Bukan malah mengancam pada para bawahan. Buktikan pada publik mutasi sekarang menempatkan orang tanpa sedikitpun menerima uang. Jika ini dilakukan, modal politik di tahun 2018 juga,” terangnya. Ketua Komunitas Anti Korupsi (Kopak) Indonesia Drs Syarip Hidayat MSi mengatakan, mutasi harus profesional dan menempatkan pejabat sesuai bidangnya. Jika tidak demikian, walikota sendiri yang akan dirugikan. Di samping itu, Syarip mengkritisi gaya kepemimpinan seperti itu yang merupakan pola lama. “Jangan bekerja Asal Bapak Senang (ABS). Kami menyesalkan informasi jual beli kursi jabatan. Kalau benar, ini menumbuhkan pejabat yang berperilaku korupsi. Pasti itu,” ujarnya. (abd/ysf)
Tenang, Mutasi Masih Lama
Rabu 05-08-2015,16:40 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :