Rugi Rp5 Miliar, Urusan Kuwu

Senin 12-10-2015,11:19 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Pedagang Waswas Tak Dapat Bantuan, Bupati Tegaskan Tidak Bisa Beri Harapan Tinggi-tinggi CIREBON- Pasar Jungjang, Kecamatan Arjawinangun, habis dilumat api. Kerugian ditaksir mencapai Rp5 miliar. Tapi, pedagang jangan harap bisa memperoleh bantuan dari Pemkab Cirebon. Kalau pun ada bantuan, mungkin butuh upaya dan kerja serius. Pemkab menegaskan, status pasar itu adalah pasar desa, dan urusannya di tangan kuwu. Camat Arjawinangun Edi Kurniadi memperkirakan kerugian akibat dari kebakaran tersebut mencapai Rp5 miliar. Namun dirinya belum mengetahui persis apa penyebab kebakaran. “Kalau dihitung-hitung perkiraan kerugian mencapai Rp5 miliar. Soal penyebab kebakaran, kami belum bisa menjelaskan. Masih dalam penyelidikan polisi,” ujar Edi Kurniadi. Sementara Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Cirebon, H Erry Achmad Husaeri SH MM menegaskan, Pasar Jungjang Arjawinangun menjadi urusan kuwu. \"Pasar Jungjang itu pasar desa. Silakan tanyakan ke kuwu saja ya,\" singkatnya saat dihubungi Radar, kemarin. Senada dikatakan Bupati Cirebon Sunjaya Purwadisastra saat meninjau lokasi kebakaran, siang kemarin. Sunjaya mengatakan, penangan pascakebakaran berada di Pemde Jungjang. Karena, kata Sunjaya, pengelolaan pasar selama ini menjadi tanggung jawab pihak desa. “Pasar ini milik pemerintah desa, belum diserahkan ke pemerintah daerah. Sehingga tanggung jawab pun tentu dari pihak pemerintah desa,” ujar bupati. Sunjaya pun menyarankan pemdes untuk segera melakukan diskusi terkait penanganan pasar. Seperti meminta bantuan kepada para investor untuk membiayai pembangunan pasar yang baru. Meskipun demikian, ia mengaku akan tetap memberikan bantuan kepada para korban kebakaran. “Kami dari pemerintah daerah tidak bisa memberikan harapan banyak. Karena pasar ini milik pemerintah desa, dan yang bertanggung jawab desa. Tapi kami tetap memberikan bantuan kepada korban kebakaran,” ungkapnya. SULIT DAPAT AIR Sementara itu, menurut saksi mata yang berada di lokasi kejadian, Ihsan (26), titik api berasal dari los blok F 63 yang menjual sembako. Titik api terlihat sekitar pukul 23.30 WIB. Saat itu dirinya melihat kepulan asap di kios tersebut, lalu melaporkannya ke petugas pasar yang saat itu berjaga. “Awalnya api terlihat kecil, tapi hitungan menit, api itu semakin membesar dan membakar semua kios-kios yang berada di posisi tengah,” katanya, Minggu (11/10). Tidak lama kemudian datang petugas pemadam kebakaran. Namun petugas damkar mengalami kesulitan karena banyaknya bahan-bahan yang mudah terbakar dan sulitnya mendapatkan pasokan air. “Kami sedikit kesulitan memadamkan api karena banyaknya bahan yang mudah terbakar, juga sulit mendapatkan air. Serta lokasi pasar yang sempit,” ujar Samsul Bakhri, Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran, Kabupaten Cirebon. Dikatakan Samsul, di tengaah hebatnya api terus melahap hampir seluruh bangunan, pihak pengelola kolam renang Tirta Mas Gemilang bersedia membantu dengan memberikan pasokan air untuk memadamkan api. “Beruntung kami mendapatkan air dari kolam renang, sehingga kami bisa menjinakan api tersebut pada pukul 07.00 WIB. Namun kami tidak berhenti di situ, kami terus melakukan pendinginan pada titik api yang masih menyala,” katanya. Samsul Bakhri mengeluhkan banyaknya barang yang mudah terbakar di lokasi itu sehingga api cepat membesar. Kondisi tersebut diperburuk dengan kencangnya angin sehingga memperluas area yang terbakar. “Api awalnya dari tengah. Kesulitannya seperti pada umumnya pasar, banyak yang mudah terbakar dan berdekatan sehingga sulit memotong api. Selain itu juga petugas kami merasa kesulitan mendapatkan sumber mata air, sehingga memperlambat penanganan kebakaran,” jelasnya. Seperti diberitakan koran ini, Pasar Pasar Jungjang, Arjawinangun, dilalap api, Sabtu malam (10/10). Api mulai membesar sekitar pukul 00.15 dinihari. Melihat api yang terus membesar, warga langsung mematikan pusat saluran listrik di sekitar pasar. Besarnya api lantaran di sekitar pasar, minim aktivitas pedagang. Sebab, pedagang di pasar hanya ramai di pagi hari. Sementara di malam hari hanya pedagang sayuran lemprakan yang beraktivitas. (arn/via)

Tags :
Kategori :

Terkait