KEJAKSAN - Sedikitnya, dua bangunan sekolah di Kota Cirebon dalam kondisi kritis dan membutuhkan perbaikan segera. Sayangnya, dua bangunan yang bisa ambruk kapan saja itu, masih digunakan untuk kegiatan belajar mengajar dan mengancam keselamatan siswa maupun guru. Selain SDN 1 Pegambiran yang salahsatu ruangan kelas, plafonnya ambruk, ada juga SDN Galunggung yang bangunannya sudah miring dan beratapkan terpal plastik. “Lihat bangunannya sudah miring, penyangganya sudah retak-retak. Kami nekat saja karena nggak ada ruangan lain,” kata Kepala SDN Galunggung, Naryo Sutejo, saat ditemui Radar, Senin (9/8). Menurut Naryo, bangunan sekolah belum tersentuh perbaikan sejak Kota Cirebon masih dipimpin Walikota, (alm) Khumaedi Syafrudin. Bahkan, saat terjadi gempa tahun 2009 silam, bangunan sekolah miring ke arah utara sehingga pada tahun yang sama harus dilakukan langkah darurat dengan memasang lima buah penopang untuk mengurangi resiko bangunan tersebut ambruk. Pemasangan penopang tersebut, dilakukan lantaran anggaran untuk rehab total tidak mencukupi. Dana Alokasi Khusus (DAK) yang jumlahnya Rp83 juta untuk sekolah tersebut, hanya cukup untuk memperbaki ruangan kelas yang lain, sehingga bangunan yang kondisinya kritis itu belum tersentuh perbaikan. “Dananya kurang. Jadi cuma dipasang penopang,” ucapnya saat ditemui di ruang kerjanya. Naryo mengungkapkan, kondisi bangunan gedung dengan tiga buah kelas itu semakin mengkhawatirkan. Selain kemiringan yang terus bertambah, retakan pada lima buah tembok penyangga pun semakin membesar. Bahkan, bagian atap terus mengalami kerusakan, sehingga tidak bisa dipasangi genting dan hanya ditutup dengan terpal plastik untuk mengurangi rembesan air hujan. “Kalau tidak ditutup terpal, bisa keropos nanti kayunya kena air hujan,” ungkapnya. Menurut kepala sekolah yang sudah tujuh tahun menjabat tersebut, berbagai upaya sudah dilakukan oleh pihak sekolah. Tetapi, upaya-upaya tersebut sifatnya darurat, sedangkan rencana rehab total yang dinanti-nanti belum juga terrealisasi. Naryo mengaku, untuk mengurangi resiko siswa tertimpa reruntuhan bangunan, sebetulnya sudah diupayakan agar gedung yang kritis itu untuk tidak digunakan. Sehingga dibuat jadwal untuk siswa sekolah pada pagi hari dan siang hari. Tapi, kebijakan ini diprotes orangtua siswa, sehingga gedung yang siap ambruk tersebut tetap digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. “Kami ini nekad saja. Padahal gedungnya bisa kapan saja roboh,” tuturnya. Naryo menyayangkan, rencana perbaikan yang akan dibiayai melalui anggaran belanja tambahan hanya dialokasikan untuk bagian atapnya saja. Padahal, yang tidak kalah berbahaya adalah fisik bangunan yang semakin miring dan penyangganya yang retak-retak. Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan, Drs Abdul Haris MM, memberikan keterangan berbeda. Haris mengaku, saat ini ada dua sekolah yang bangunannya kritis, tapi khusus untuk SDN Galunggung, kelas yang bangunannya kritis sudah tidak dipergunakan lagi. “Ada dua sekolah yang masih begini. Satu Pegambiran, satunya lagi SDN Galunggung. Hanya di Galunggung, atapnya sudah diberi terpal, dan kelas tidak digunakan untuk ruang belajar,” katanya. Menurut Haris, untuk SDN Galunggung memang sudah dianggarkan dalam ABT tahun 2010 untuk perbaikan atap. Namun, Haris tidak menyinggung kondisi bangunan yang semakin miring dan tiang-tiang penyangga yang mengalami retakan. (yud)
Bangunan Retak, Atap Sekolah Diselimuti Terpal
Selasa 10-08-2010,07:00 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :