90% Sawah Mangkrak

Selasa 19-01-2016,13:58 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Waduk Jatiluhur Tak Banyak Membantu JATIBARANG- Musim penghujan masih belum berdampak untuk ketersediaan air bagi lahan pertanian. Dari total 3.000 hektare sawah di Kecamatan Jatibarang, baru 10 persennya saja yang tergarap. Koordinator Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Jatibarang, Suparman mengatakan, curah hujan rendah membuat debit air tidak stabil. Kondisi ini membuat petani harus rela bergantian mendapat jatah giliran air. Masalah kian pelik lantaran ketika mendapat giliran air dan sawah mulai tergenang, penggarapan juga belum bisa dilakukan. Debit saluran irigasi yang tidak stabil membuat kondisi sawah kerap kering kembali. “Kami selaku BPP sudah mengumpulkan seluruh kelompak tani di Kecamatan Jatibarang untuk membahas permasalahan ini. Intinya manfaatkan air seadanya dulu,” ujar Suparman, kepada Radar, Senin (18/1). Suparman berharap, petani yang sudah mendapat jadwal gilir air menggunakan air dengan efektif dan mulai menggenangi sawahnya untuk dibajak. Apalagi, beberapa hari belakangan turun hujan hampir tiap hari. Paling tidak, pasokan air bisa mencukupi untuk tahapan awal masa tanam. “Kalau ditunda-tunda nunggu air banyak, masa tanam musim rendeng pertama tambah mundur,” tandasnya. Terkait gelontoran air dari Waduk Jatiluhur, ternyata tidak banyak membantu. Pasokan air dari Waduk Jatiluhur sepertinya belum optimal, sehingga tidak bisa semua daerah terbagi. Kondisi ini yang menyebabkan diberlakukan sistem gilir. Di tempat terpisah, petani di pesisi Pantai Desa Ujung Gebang, Kecamatan Sukra, sudah mulai musim tanam. Kuwu Ujung Gebang, H Kusnato SE mengatakan, MT rendeng tahun ini seluas 600 hektare sawah di Desa Ujung Gebang sudah ditanami padi dengan hanya mengandalkan saluran irigasi dan hujan. Sementara Embung Tanjungpura yang mulai terisi air meski belum bisa dimanfaatkan. Kusnanto mengungkapkan, untuk sementara petani mengandalkan hujan untuk pengairan masa tanam rendeng. Air embung, baru akan digelontorkan pada musim tanam sadon atau ketika musim kemarau tiba. Sebagaimana fungsinya, embung ini untuk nampung air saat musim penghujan. Memasuki musim kemarau, air digelontorkan ke sawah petani. Diperkirakan April-Mei mendatang embung tersebut mulai difungsikan. Dengan kondisi ini, dirinya yakin petani di Ujung Gebang bisa panen dua kali setahun. Perbaikan tembok penahan Embung Tanjungpura, akan menambah pasokan air ke areal persawahan. “Biasanya cuma satu kali tanam, sekarang kami optimis bisa dua kali setahun,” katanya. Kusnanto optimis, keberadaan embung penampung air seluas 3 hektare itu dapat meningkatkan produksi padi dengan melaksanakan musim tanam dua kali dalam setahun. Dengan adanya Embung Tanjungpura, sekitar 200 hektare sawah tadah hujan di wilayah ujung tidak perlu khawatir kekurangan air. (kho)

Tags :
Kategori :

Terkait