Tak Tahu Arah, Kaget, Pagi Ternyata di Polres Cirebon
TIGA terduga teroris yang diamankan dari Desa Orimalang dan Desa Jemaras Kidul masih menjalani pemeriksaan di Jakarta. Sementara dua warga Desa Orimalang yang sempat dibawa Densus dilepaskan kembali.
Nah, satu dari dua orang yang dilepaskan itu adalah Aa (24). Ditemui di balai Desa Orimalang, kemarin, Aa mengaku ia tidak sampai dibawa ke Jakarta. Sejak malam penangkapan, Jumat (15/1), ia dibawa berputar-putar dan keesokan harinya baru sampai di Mapolres Cirebon di Sumber.
Diceritakan Aa, sebelum diamankan Densus, ia sempat ngobrol dengan Do (kini masih ditahan) dan seorang warga lainnya. Obrolan itu dilakukan tak jauh dari rumah Do. “Awalnya saya ngobrol berdua, lagi bahas bisnis ternak jangkrik. Lalu datang Do dan ikut bergabung ngobrol,” ujar Aa.
Selesai ngobrol, Do mengaku lapar dan mengajak Aa untuk embeli nasi goreng di Desa Bakung Kidul. Dia pun meminjam motor matik milik salah satu perangkat desa yang saat itu sedang piket. “Setelah itu kita berdua beli nasi goreng dan langsung pesan dua bungkus,” imbuhnya.
Dilanjutkan Aa, tak lama setelah memesan nasi goreng, datang polisi yang langsung melakukan penangkapan. Karena merasa tak punya masalah dan tak tahu sebabnya, ia pun kooperatif dan diam menuruti perintah polisi. Sementara Do tetap melawan dan menolak ditangkap saat itu. “Saya juga lupa Do ngomong apa aja, sudah lupa. Tapi yang pasti saat ditangkap Do ngoceh-ngoceh terus,” tutur Aa.
Aa sendiri langsung masuk ke mobil dengan kondisi mata ditutup kain. “Saya duluan masuk mobil dan mobil langsung berangkat. Kita berbeda mobil, saya tidak tahu dibawa ke mana malam itu. Yang pasti pagi harinya saya baru tahu ada di Polres Cirebon ketika penutup mata dibuka,” paparnya.
Aa mengaku mengenal Do sejak kecil. Dia sendiri dua tahun lebih tua dari Do. Aa lupa kapan pastinya Do merantau dan sikapnya jadi fanatik. “Kita hanya teman, kalau ketemu ya saling sapa. Layaknya hubungan dengan warga lain, kebetulan rumah saya bersebelahan dengan rumah Do. Kalau saya lihat ya normal-normal saja,” tuturnya.
Di akhir pembicaraan, Aa mengatakan bahwa tulisan Islamic State di bagian depan rumah Do sudah ada sejak beberapa bulan terakhir. Dia pun tidak mengetahui siapa saja yang sering berkumpul di rumah Do. “Saya tidak tahu apa-apa terkait Do. Saya tahu hanya gambaran umum saja, karena kenal hanya sebatas kenal dengan tetangga,” katanya.
Di tempat yang sama, Kuwu Desa Orimalang, Bunarso mengatakan sebenarnya pihaknya mengundang Aa dan Su untuk berbagi cerita. “Yang hadir kebetulan hanya Aa, yang Su tidak bisa hadir. Su tidak ada di tempat dan saya tidak tahu berada di mana. Mungkin ada keperluan,” jelas Bunarso.
Sementara Kapolsek Klangenan AKP H Yana Mulyana dan Danramil 2015/Klangenan Kapten Inf Slamet yang juga hadir di balai Desa Orimalang turut mendengarkan cerita dari Aa. Ke depan, kata Yana, TNI dan Polri akan melakukan pembinaan kapada masyarakat untuk menangkal paham-paham radikal. “Kita sedang bahas formula untuk melakukan pembinaan. Kita akan kedepankan cegah dan tangkal. Teknisnya sedang kita bahas bersama,” tutur Yana. (dri)