Akibat Galian Liar, SDN Cadasngampar Argasunya Terancam Longsor

Rabu 31-08-2016,16:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

HARJAMUKTI - Kondisi memprihatinkan dialami SDN Cadasngampar Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti. Sekolah ini terancam longsor akibat penambangan liar galian pasir tipe c. Tidak hanya itu, jalan di samping sekolah juga terancam longsor akibat galian yang memakan batas jalan. Kondisi ini menjadi temuan Anggota DPRD Daerah Pemilihan (Dapil) I Harjamukti melakukan reses peninjauan ke lapangan. “Ini bisa longsor dan mengancam nyawa siswa yang sedang sekolah,” ujar Anggota Dapil I dari Fraksi Partai Demokrat, M Handarujati Kalamullah, kepada Radar, Selasa (30/8). Anggota DPRD lainya, Cicip Awaludin, Ruri Tri Lesmana, Muhamamad dan Budi Gunawan juga prihatin dengan kondisi ini. Andru –sapaan akrab M Handarujati Kalamullah S Sos- meminta galian c di belakang sekolah dihentikan. Sekolah yang berabada di tebing bisa longsor setiap saat, karena kedalaman galian mencapai 30 meter. Tidak hanya itu, metode galian yang dilakukan tidak sesuai standar. Pekerja mengeruk tanah di bagian bawah yang menyebabkan kondisi tebing semakin labil. “Ini penambangan galian c ilegal, sangat mengerikan. Ngeri kita liatnya,” ucap dia, geleng-geleng kepala. Meski kondisinya kritis, kata Andru, tidak mudah menghentikan warga untuk menambang batu dan pasir di sepanjang lokasi galian. Pasalnya, galian pasir sudah menjadi mata pencaharian warga. Pemerintah kota juga sepertinya kehabisan akal untuk mengajak warga beralih profesi. Beragam program yang ditujukan untuk mengubah mata pencaharian warga tidak kunjung berhasil.  “Kalau begini terus, rusak alam di Argasunya. Harus kita pikirkan bersama, supaya masalah ini bisa selesai,” ucapnya. Andru menambahkan, ketergantungan warga Argasunya terhadap penambangan pasir sangat tinggi. Tidak sedikit yang sudah menjadi korban dan tertimbun reruntuhan tebing, karena metode penambangan yang tidak sesuai standar.  Tetapi, warga tetap kembali dan terus melakukan penambangan pasir. “Di sini banyak janda dan anak yatim karena suami atau ayahnya meninggal dunia, karena tertimbun longsoran galian. Tapi itu saja tidak cukup untuk menghentikan warga,” katanya. Anggota Komisi B DPRD, H Budi Gunawan pesimis dengan program alih profesi yang dirancang pemkot. Sebab, warga terlanjut merasa mendapatkan uang dari galian c sangat mudah. Dari hasil tinjauan lapangan yang dilakukan, setidaknya buruh galian c bis amendapat Rp120-150 ribu per hari. “Angka itu bagi mereka sangat besar, ada nggak program alih profesi yang bisa menghasilkan uang segitu?” tanya dia. Anggota Komisi B lainnya, Ruri Tri Lesmana juga mengamini pernyataan rekannya. Menurut Ruri, perlu ada terobosan yang dibuat supaya masyarakat di Argasunya tergerak dan berhenti menambang pasir. Terobosan ini perlu dipikirkan bersama dan menjadi pekerjaan rumah yang perlu dituntaskan. (abd)    

Tags :
Kategori :

Terkait