BANDAR LAMPUNG—Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo melanjutkan kesuksesan menambah jumlah populasi sapi dengan mencanangkan gerakan sapi induk wajib bunting (SIWAB). Di 2017, Ridho menargetkan sebanyak 190.889 ekor sapi di Lampung wajib bunting melalui gerakan inseminasi buatan (IB) dan kawin alam (KA).
“Kami ingin mendukung gerakan swasembada dan kemandirian pengadaan sapi, agar secara perlahan negeri kita lepas dari ketergantungan impor sapi. Salah satu caranya dengan meningkatkan populasi ternak sapi dalam negeri. Alhamdulillah, tahun ini Lampung mampu puluhan ribu anak sapi hasil inseminasi buatan,” kata Ridho di Bandar Lampung, Rabu (23/11/2016).
Sebagai lumbung ternak nasional, pada 2015 Lampung mampu melaksanakan IB sebanyak 88.783 dosis dengan jumlah akseptor sebanyak 66.392 ekor sapi. Hasilnya, pada 2016 Lampung berhasil meningkatkan populasi ternak sapi dengan kelahiran 46.472 ekor pedet. “Ini merupakan bentuk keberhasilan optimalisasi IB di Lampung,” kata Ridho.
Pada bagian lain, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Lampung Dessy Desmaniar Romas mengatakan target Gubernur tersebut berdasarkan perhitungan potensi di Lapangan. Hingga kini, Lampung memiliki 256.606 sapi betina produktif. “Berdasarkan target itu dibutuhkan 260 ribu semen atau sperma. Kemudian, Lampung memiliki 405 inseminator dan 200 di antaranya punya sertifikat kompetensi inseminator. Jadi, target Gubernur itu realistis,” kata Dessy.
Pemenuhan 260 ribu semen itu melalui jalur nasional dan local. Provinsi Lampung memiliki Balai Inseminasi Buatan Daerah (BID) di Terbanggi Besar, Lampung Tengah dan didukung Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung. “Target peningkatan populasi sapi ini justru peluang bagi Lampung untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dari pengadaan semen, karena kebutuhannya meningkat,” ujar Dessy.
Upaya lain yang dilakukan Gubernur Lampung dalam meningkatkan populasi sapi yakni dengan menggandeng 13 perusahaan penggemukan sapi (feedloter) agar bermitra dengan peternak. Sebagai provinsi yang memiliki feedloter terbanyak di Indonesia, Ridho menilai harus ada manfaat bagi ternak rakyat.
“Kami mencoba pola inti plasma, karena payung hukumnya ada yakni Peratutan Menteri Pertanian yang mewajibkan setiap impor lima sapi jantan, harus ada satu ekor sapi betina. Ini peluang bagus untuk meningkatkan populasi sapi sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak, karena dengan system inti plasma, peternak di sekitar feedloter terbantu secara budidaya dan penghasilan,” kata Ridho. (***)