Waduh, Kabupaten Cirebon Ketiga Termiskin di Jawa Barat

Jumat 23-12-2016,17:35 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON - Tingkat kemiskinan di Kabupaten Cirebon menempati posisi ketiga di Provinsi Jawa Barat. Hal itu berdasarkan data kemiskinan makro 2015. Berdasarkan data kemiskinan makro 2015 di Jawa Barat, urutan pertama Tasikmalaya. Kemudian kedua Indramayu, baru yang ketiganya Kabupaten Cirebon. Menurut Kasie Statistik Sosial BPS Kabupaten Cirebon Zaenal Arifin, data yang tidak akurat serta perencanaan program tidak tepat sasaran, menjadi penghambat penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Cirebon. \"Itu enggak berubah-ubah dari tahun sebelumnya,” ujar Zaenal Arifin usai acara sosialisasi pengembangan data kemiskinan oleh Bappeda Kabupaten Cirebon, Kamis (22/12). Menurut Zaenal, konsep data kemiskinan dibagi menjadi dua. Yakni kemiskinan makro dan kemiskinan mikro. Kemiskinan makro itu sebagai data indikasi. Itu diperoleh dari sensus yang rutin dilakukan. Contohnya, penduduk miskin di Kabupaten Cirebon ada 300 ribu orang itu dari makro. Tapi tidak diketahui di mana mereka, itu kelemahan makro. Ada juga data kemiskinan makro yang diperoleh dari Basis Data Terpadu yang telah dimuktahirkan pada tahun 2015 oleh BPS. “Kalau data mikro itu sudah ada di TKPKD. Nanti bisa ketahuan di desa mana sih paling banyak yang miskin, terus karakteristiknya seperti apa? Itu dari basis data terpadu,” beber Zaenal. Adapun data kemiskinan makro, dipicu oleh pangan yaitu beras dan rokok. Sumbangan pangan itu 70 persen, non pangannya 30 persen. Dari pangan, porsi terbesar adalah beras dan rokok. Artinya, ketika harga beras dan rokok naik, maka akan memicu bertambahnya orang miskin. Kedua komoditi itu sangat berpangaruh terhadap kemiskinan. “Jadi kalau harga pangan bisa ditekan normal, itu bisa membantu orang miskin,” ujarnya. Selain itu, Zaenal mengkritisi banyak data di Kabupaten Cirebon yang seharusnya bisa berfungsi untuk beberapa program penanggulangan kemiskinan. Namun, data tersebut tidak dimaksimalkan dengan baik. “Contoh di desa nih ada orang datang pergi, lahiran dan meninggal dicatat, kalau butuh data mendadak nyari. Padahal itu bisa dijadikan data, namun belum digunakan secara optimal,” ungkapnya. (den)

Tags :
Kategori :

Terkait