Drainase Buruk, DPUPR Usulkan Ambil Alih Saluran Limbah Milik Pemprov Jabar

Senin 08-01-2018,14:05 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON -  Permasalahan genangan air di sejumlah ruas jalan Kota Cirebon, tidak bisa tuntas dalam satu tahun. Selain belum memiliki rencana penanganan yang komprehensif, biayanya pun diprediksi bisa sampai puluhan miliar. Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (DPUPR), H Syarif S Sos MM mengaku, sudah melakukan analisa terhadap persoalan genangan. Ada beberapa solusi yang ditawarkan dan sudah dilaporkan ke Walikota Cirebon, Drs Nasrudin Azis SH. Sayangnya, program perbaikan drainase ini tidak bisa dieksekusi tahun ini. “Saya belum hitung berapa-berapanya, tapi (anggaran) memang sangat besar,” tutur Syarif, kepada Radar. Saat banjir terjadi di Jl Terusan Pemuda, dia mengaku memantau langsung di lokasi. Termasuk mengamati pola aliran air dan saluran di sekitarnya. Selama menjabat kepala Bidang SDA, ia juga telah merumuskan beberapa opsi penanganan. Tapi, lagi-lagi butuh biaya besar untuk benar-benar bebas genangan.“Kalau terakomodir di tahun ini sepertinya nggak bisa,” katanya. Dari hasil analisa yang dilakukan Bidang SDA, genangan di Jl Terusan Pemuda penyebabnya ialah kontur kawasan yang berada di cekungan. Di banding daerah sekitarnya kawasan ini posisinya lebih rendah sehingga menjadi titik kumpul air. Proyek drainase yang dilakukan pada 2011 malah membuat kondisinya tambah parah. Proyek Rp7 miliar yang seharusnya mampu mengalirkan air ke Sungai Cimanggu, justru membuat air balik lagi karena saluran di sepanjang Jl By Pass lebih tinggi. “Kalau mau efektif memang harus buat sodetan,” katanya. Sodetan ini nantinya berada di bawah Jl By Pass ke saluran air di Jl Pemuda. Sebetulnya, di bawah jalan nasional tersebut sudah ada saluran dari Jl Terusan Pemuda. Tapi, saluran ini terlalu kecil. Dahulu tidak banjir karena debit airnya tidak sebesar sekarang. Kemudian lahan di sekitarnya masih jadi daerah resapan. Sekarang kondisinya sudah jauh berbeda. Nantinya, sodetan ini harus diikuti pembuatan saluran baru ke Sungai Cimanggu. Tanpa saluran terusan, pekerjaan ini hanya akan memindahkan banjir ke Jl Pemuda. Saluran terusan ini nantinya berada di depan kantor Samsat yang akan menuju langsung ke sungai. Kemudian pilihan lain ialah meninggikan permukaan Jl Terusan Pemuda agar sejajar dengan Jl Swadaya (persimpangan Perumahan PDK). Dengan begitu jalan tidak tergenang dan debit di saluran air bertambah. Persoalan di Jl Terusan Pemuda juga terjadi di Jl Stadion Bima. Genangan kerap terjadi di akses pintu masuk karenan kiriman dari saluran di samping pusat perbelanjaan Giant. Kemudian terkumpul di depan akses masuk stadion. “Itu memang harus buat saluran baru,” kata Syarif. Masalah lainya ialah drainase di Jl Stadion Bima daya tampung yang tidak mencukupi membuat air keluar dari drainase dan tumpah ke jalanan. Saat hujan, jalanan di sini menjadi seperti sungai. Syarif menyebut persoalannya bukan hanya pada daya tampung, tetapi juga sumbatan. Ia mengajak masyarakat ikut serta menjaga agar sampah tidak masuk ke saluran air. Untuk Jl Stadion Bima ini juga perlu sodetan ke arah Desa Tuk, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon. USULKAN AMBIL ALIH ASET PROVINSI Persoalan drainase di Jl Cipto Mangunkusumo juga tak kalah pelik. Dalam beberapa kali pembahasan Syarif mengaku menyampaikan beberapa usulan. Salah satunya ialah membuat parkiran air di belakang kantor BP3 Wilayah V Dinas Pendidikan Jabar. Parkiran ini maksudnya menjadi penampungan saat air di Jl Cipto Mk penuh. “Istilahnya buat antrean air,” tuturnya. Alternatif berikutnya ialah memanfaatkan saluran limbah milik Provinsi Jabar di bawah Jl Cipto Mk, tepatnya  di depan CSB Mall. Saluran limbah ini memanjang dari Jl Arya Kemuning langsung ke laut. Andai bisa diambil alih pemkot, tinggal membuat akses jalan air menuju saluran limbah. Dia yakin, dengan pemanfaatan saluran ini nantinya kawasan Jl Cipto Mk tidak akan tergenang lagi. “Cuma ya itu, salurannya masih milik provinsi. Tapi saya berharap pemkot serius menindaklanjuti supaya bisa kita ambil alih,” katanya. Sedangkan untuk Jl Pasuketan dan kawasan BAT, Syarif menilai persoalannya tidak terlalu rumit. Di bawah jalan itu sudah ada riul di bawah Jl Pasuketan. Masalahnya hanya karena sampah. Riul otomatis berfungsi saat drainase penuh dengan memompa air dan dikeluarkan di saluran IPAL. “Kalau tidak tersumbat itu nggak bakal banjir,” katanya. Masalah sumbatan yang ada di drainase juga ditemui di ruas jalan lain. Syarif berharap masyarakat khususnya para pedagang kaki lima (PKL) turut menjaga kebersihan. Ia mencontohkan temuan di Jl Pemuda. Dari inspeksi yang dilakukan, ternyata banyak sampah kayu, makanan dan diperkirakan berasal dari para pedagang. Pengamat tata kota, H Fathur Rokhman ST MT berpendapat senada. Menurut dia, pemeliharaan drainase menuntut kesadaran masyarakat untuk peduli pada kebersihan. \"Peran serta masyarakat ini sangat penting karena masyarakat sebagai user (pengguna) infrastruktur. Perlu menjaga dan memperlakukan agar fungsi drainase dapat bekerja secara optimal,\" ujar Fathur. (myg/mik)

Tags :
Kategori :

Terkait