Petani Tambak Terkendala Alat, Sepanjang 2017 Alami Kerugian

Senin 08-01-2018,20:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

INDRAMAYU- Petani tambak udang dan ikan bandeng di Desa Tambak, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu mengalami kerugian sepanjang 2017. Hasil budidaya udang vaname dan windu serta ikan bandeng kurang maksimal karena peralatan yang digunakan masih tradisional dan seadanya. Para petani tambak udang dan ikan bandeng pun tidak balik modal. Menurut Rasmadi dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat  (LPM)  Desa Tambak mengungkapkan sepanjang tahun 2017, kebanyakan udang mati saat baru berusia 19 atau 24 hari. “Keluhan dari petani karena banyak air yang terkena limbah,” ungkapnya. Pihaknya telah meminta solusi pada dinas terkait agar petani tambak udang maupun ikan di daerahnya lebih diperhatikan. “Pemerintah harus siap menghadirkan solusi untuk kami petani tambak yan masih tradisional. Karena selama ini kami kurang perhatian dari pemerintah,” ujarnya. Rasmadi melanjutkan, para petani membutuhkan peralatan yang memadai, supaya hasil panennya jauh lebih maksimal. “Kami sebagai petani membutuhkan kincir. Menanam udang jenis vaname itu seperti ayam potong kalo anginnya tidak kencang maka udangnya  akan stres dan mati. Saat ini masih menggunakan secara manual atau tradisional,” ucapnya. Sementara di tempat lain, pengelola bibit udang di Desa Tambak, Mustopa menuturkan sebagai pengelola bibit udang, udang berusia 5 sampai 10 hari sudah panen dan siap dijual ke petani tambak. Sementara bagi petani tambak udang, butuh waktu sekitar 2 bulan untuk panen. “Nanam udang kalo 2 bulan masih hidup itu sudah lumayan. Terkadang kurang dari 2 bulan udang sudah pada stres atau mati,” ujarnya. (gun)        

Tags :
Kategori :

Terkait