KEJAKSAN - Komitmen menciptakan budaya hidup bersih di Kota Cirebon, diterapkan pemerintah dan masyarakat. Lebih dari itu, Cirebon membutuhkan kebersihan permanen. Bukan hanya kebersihan semu menjelang perhelatan piala adipura. Hal ini disampaikan anggota komisi A DPRD, Djoko Poerwanto kepada Radar, Jumat (15/3).
Politisi Demokrat itu menyampaikan, yang dibutuhkan masyarakat saat ini bukan sekadar piala adipura. Tetapi, kebersihan, ketertiban, kenyamanan dan keamanan secara permanen. Menurut Djoko, kebersihan menjelang piala adipura hanya bersifat semu. Pasalnya, kebersihan yang dilakukan tim adipura terkesan dipaksakan dan bersifat mendadak. Hal itu dinilai Djoko sama dengan menipu diri sendiri. “Itu hanya tebar pesona untuk memuaskan penguasa. Program ini secara substantif tidak banyak manfaatnya,” terang pria berkacamata itu.
Djoko menyarankan, dana untuk meraih piala adipura, lebih baik digunakan untuk kepentingan masyarakat. Sebagai perbandingan, saat akan penilaian adipura, pemkot menyosialisasikan ke instansi hingga kelurahan. Namun, untuk sosialisasi Kartu Cirebon Menuju Sejahtera (KCMS), pemkot terkesan setengah hati. “Program KCMS berjalan di tempat. Padahal, kalau berhasil akan sangat membantu masyarakat,” ucapnya.
KCMS, katanya, dapat meringankan beban di bidang pendidikan, kesehatan, sosial perekonomian. Diakuinya, menjadi satu kebanggaan jika bisa mempertahankan piala adipura. Namun, dia merasa lebih bangga jika masyarakat secara nyata menikmati kenyamanan hidup bermasyarakat dengan kebersihan, aman tertib dan damai. Ketimbang, hanya menikmati keindahan sebuah piala saja.
Menanggapi hal itu, Sekretaris Tim Adipura yang juga Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Cirebon, Kadini SSos mengatakan, kebersihan Kota Cirebon menjadi prioritas KLH dan dinas terkait. Berbagai program dan kebijakan strategis telah dan akan dilakukan. “Kami tetap konsen memperindah, menjaga kebersihan dan memberikan rasa aman, nyaman kepada masyarakat. Itu tugas utama KLH dan dinas teknis seperti DKP,” ujarnya kepada Radar di kantornya, Jumat (15/3).
Menurutnya, mempertahankan kembali piala adipura bukan tujuan utama pemkot maupun tim adipura. Meraih kembali piala adipura hanya sasaran antara untuk mendorong terciptanya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Sebab, berdasarkan pengalaman sebelumnya, masyarakat lebih tertarik dan aktif membersihkan lingkungan sekitar saat diadakan lomba. Hal itu bersifat stimulan. Jika sudah terbiasa, diharapkan akan menjadi budaya hidup bersih.
KLH selama ini telah melakukan banyak program penghijauan. Untuk kebersihan, bersama Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), KLH berupaya melakukan berbagai program strategis. Di antaranya, ujar alumni IPDN itu, mewajibkan kantor memiliki taman dan tempat sampah terpisah. Dengan demikian, mempertahankan piala adipura hanya satu bagian kecil dari rangkaian tugas dan kinerja KLH maupun instansi teknis yang tergabung dalam tim adipura. “Akhirnya, piala adipura maupun kebersihan lingkungan, dari masyarakat dan untuk masyarakat,” simpulnya. (ysf)