Lembar Jawaban UN Mudah Sobek

Selasa 16-04-2013,07:39 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Siswa Resah, Takut Ubah Jawaban, Khawatir Tak Terdeteksi Komputer CIREBON - Kualitas lembar jawaban ujian nasional (LJUN) dikeluhkan siswa dan sekolah. Pasalnya, kualitas lembar jawaban yang diterima para siswa sangat tipis dan jelek. Sehingga saat hendak dihapus, LJUN terkelupas dan rawan sobek. Konsekuensinya jawaban siswa tidak terbaca oleh komputer. “Lembar jawabannya tipis banget. Saya mau mengubah jawaban, tapi pas baru dihapus, lembarannya terkelupas. Tahu begitu, saya tidak jadi mengganti jawaban, meski saya nggak yakin jawaban saya itu benar. Biar ajalah ketimbang lembar jawabannya yang rusak, malah repot,” beber seorang siswa yang enggan disebut namanya ditemui usai ujian nasional, kemarin. Terkait keluhan lembar jawaban ini, Anggota Dewan Pendidikan Kota Cirebon Yohanes Muryadi, membenarkan adanya keluhan itu. Pasalnya, saat pihaknya melakukan monitoring ke sejumlah sekolah, keluhan tentang LJUN yang rawan dan mudah sobek diungkapkan para siswa. “Memang banyak yang mengeluhkan, saya juga melihat langsung LJUN itu,” ujarnya kepada Radar, kemarin. Permasalahan ini, kata dia, sudah dilaporkan pada Dinas Pendidikan Kota Cirebon. Namun, Dinas Pendidikan tidak bisa berbuat apa-apa, karena disdik hanya sebagai pelaksana. “Yang menjadi masalah, ini kan yang mengoreksinya mesin, bukan orang. Kalau sobek atau terlalu tebal, itu juga kan tidak bisa terbaca. Kalau sudah tidak terbaca ya konsekuensinya diperiksa manual,” bebernya. Lebih lanjut dikatakan Yohanes, siswa jelas menjadi gusar dan gelisah dengan lembar jawaban yang kualitasnya jelek itu. Oleh karena itu, dia mendesak pihak terkait mengevaluasi agar pelaksanaan ke depan bisa maksimal dan lebih baik lagi. “Bagi siswa yang memerhatikan, jelas mengeluh, karena ini kan juga sensitif. Saya yakin permasalahan ini bukan hanya terjadi di Kota Cirebon, bisa jadi ini menjadi masalah nasional,” bebernya. Untuk sementara ini, lanjut dia, kemungkinan kesalahan besar ada di pihak ketiga atau percetakan. Namun, masalah ini juga harus ditelusuri lebih lanjut. “Pasti pihak percetakan pun punya alasan tersendiri kenapa kualitasnya kurang baik,” lanjutnya. Dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon Drs Anwar Sanusi MSi juga sudah mengetahui laporan terkait LJUN yang mudah sobek. Dia pun membenarkan, LJUN itu mudah sobek bila siswa menghapus kesalahan pengisian atau melingkari lembar jawaban terlalu tebal. “Saya sudah terima masukan itu, dan masalah ini akan saya bawa ke Bandung nanti. Hal-hal seperti ini akan kita laporkan untuk bahan evaluasi,” lanjutnya. Dijelaskannya, masalah percetakan adalah urusan pusat. Karena, Dinas Pendidikan di daerah hanya bersifat sebagai pelaksana dan ‘terima jadi’. Namun dirinya yakin, pemerintah pusat juga akan mengambil tindakan atas kejadian ini. “Kalau memang jelek, ya percetakannya bisa tidak digunakan lagi. Yang jelas permasalahan ini akan saya teruskan ke provinsi untuk ditindaklanjuti ke pusat,” lanjutnya. Dirinya pun tidak menampik, bila lembar jawaban yang ada tidak terdeteksi oleh komputer, maka peluang pengoreksian jawaban secara manual sangat dimungkinkan. “Kalau memang tidak terdeteksi ya akhirnya manual,” tukasnya. Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Kota Cirebon sangat menyayangkan lembar jawaban UN dengan kualitas yang kurang baik. Padahal, kata dia, seharusnya pelaksanaan UN ini bisa berjalan lebih profesional. “Kita ini kan melaksanakan UN bukan baru sekali saja, tapi sudah sering. Ini yang sangat disayangkan. Standar sebelumnya kan bagus, kok sekarang tipis. Ada apa sebenarnya?” tuturnya. Yuli pun berharap, Dinas Pendidikan bisa memberikan pengarahan pada siswa, terkait kondisi lembar jawaban yang kurang bagus itu. Sehingga dalam pengisiannya, siswa bisa lebih berhati-hati. “Jangan sampai siswa yang jadi korbannya,” tukas politisi Partai Demokrat ini. Selain masalah lembar jawaban yang mudah sobek, Wakil Kepala SMKN 2 Bidang Humas Eel Nurhayati mengaku, kekurangan soal di beberapa ruangan. Namun pihaknya dengan sigap bisa mengatasi dengan menggunakan lembaran soal di ruangan lain yang memiliki kelebihan jumlah lembaran soal. Kendala lainnya, terjadi kesalahan cetak dalam kode lembar jawaban komputer. \"Di sana tercetak barcode Bahasa Inggris, padahal seharusnya Bahasa Indonesia,\" katanya.   10 SISWA TAK HADIR DI UN PERTAMA Sementara itu, sedikitnya 10 siswa tidak mengikuti pelaksanaan ujian nasional pada hari pertama. Empat siswa di antaranya mengundurkan diri, tiga siswa sakit dan tiga lainnya tanpa keterangan. Keempat siswa yang mengundurkan diri berasal dari SMA Cokroaminoto (3 siswa) dan 1 siswa MAN 2 Cirebon, sementara siswa yang sakit berasal dari SMAN 3 Cirebon, SMKN 2 Cirebon dan SMKN 1 Cirebon. Untuk siswa yang tanpa keterangan berasal dari SMAN 8 Cirebon dan SMK Muhammadiyah. Pada pelaksanaan UN hari pertama, Wali kota Cirebon Subardi SPd bersama jajaran Dinas Pendidikan dan Komisi C DPRD Kota Cirebon melakukan monitoring pada dua sekolah, yakni SMAN 7 Cirebon dan juga SMKN 1 Cirebon. Pada monitoring itu diketahui salah satu siswa SMKN 1 Cirebon tidak masuk, lantaran sakit. Sehingga yang bersangkutan akan mengikuti tes susulan pada tanggal 22 mendatang. Kepala SMKN 1 Cirebon, Drs Sutadi mengatakan, total peserta yang ada adalah 558 peserta. Dan untuk satu siswa yang tidak hadir itu sudah ditengok oleh pihak sekolah dan diberi dukungan agar bisa segera mengikuti ujian nasional. Wali kota Cirebon Subardi SPd, merasa puas karena pelaksanaan UN dari tahun ke tahun berjalan lancar tanpa ada kendala apapun. Meskipun ada satu hal, yang dirasa Subardi memprihatinkan, yaitu salah satu siswa SMAN 3 Cirebon yang terkena luka bacok di bagian kepala akibat ulah geng motor. “Mudah-mudahan anak tersebut bisa sembuh dan mengikuti ujian berikutnya,” ujarnya usai melakukan monitoring di SMKN 1 Cirebon, kemarin. Dikatakannya, pelaksanaan UN kemarin adalah kado terakhir bagi dirinya. Pasalnya, kala itu adalah hari terakhir dirinya menjabat sebagai wali kota Cirebon. “Ini adalah kado saya yang terakhir di masa jabatan yang tinggal hari ini (kemarin, red). Bukan hanya berjalan lancar, tapi saya harapkan bisa memberikan prestasi yang artinya dari tingkat kelulusan bisa seratus persen dan dari segi nilai bisa lebih baik dari tahun sebelumnya,” bebernya. Subardi pun mengatakan, tidak ada alasan bagi sekolah untuk tidak mengizinkan siswa ikut ujian nasional lantaran terkendala biaya. Sejak sudah mendeklarasikan wajib belajar 12 tahun pada 2006 lalu, berarti semua siswa memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan hingga SMA. “Jangan bicara soal duit, ketika itu menyangkut soal anak, tidak ada kata lain, berikan kesempatan untuk bisa mengenyam pendidikan hingga 12 tahun,” tukasnya. Kepala SMAN 2 Kota Cirebon H Suroso MPd mengatakan, ujian nasional berjalan lancar dan tanpa kendala berarti. \"Secara keselurahan UN di SMAN 2 berjalan lancar. Pengawasan dari petugas kepolisian juga tidak memengaruhi mental anak, karena mereka memakai pakaian preman,\" ungkapnya. Di Kabupaten Cirebon, seorang pelajar SMK Samudra Nusantara, Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Wanto bersikukuh mengikuti ujian nasional, meski kondisi tubuhnya belum pulih akibat kecelakaan yang menimpanya tiga bulan lalu. Wanto tetap semangat menjalani ujian di rumahnya. \"Saya tetap semangat walau kondisi badan saya kayak gini, saya berharap dapat nilai bagus. Saya juga berdoa untuk bisa sembuh, agar pas lulus nanti saya bisa bekerja,\" beber Wanto kepada Radar, kemarin. Kepala SMK Samudra Nusantara Asjap Jahri Faidi SH mengatakan, pihaknya akan tetap berupaya maksimal untuk memberikan hak anak dalam mengikuti ujian. Sejauh ini pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon untuk dapat memberikan kebijakan pelaksanaan Ujian Nasional bagi siswanya yang masih dalam kondisi kelumpuhan. \"Kami memberikan hak yang sama dalam memberikan izin kepada para siswa, termasuk Wanto yang masih sakit. Kita pasti lakukan koordinasi dengan Disdik Kabupaten Cirebon,\" ungkap Jahri. (kmg/den/jml)

Tags :
Kategori :

Terkait