Dasar Sejarah Perubahan Hari Jadi Majalengka Menjadi Tanggal 11 Februari, Simak!
Pendopo Majalengka. Hari Jadi Majalangka kini berubah menjadi tanggal 11 Februari yang sebelumnya selelu diperingati setiap tanggal 7 Juni.-Tangkapan Layar Video-Youtube
Disebutkan bahwa pada tahun 1839, Kerajaan Maja membutuhkan wilayah yang lebih luas dan akhirnya berpindah ke daerah Sindangkasih pada 11 Februari.
"Perubahan tanggal Harjad dari 7 Juni ke 11 Februari menjadi penting karena didasarkan pada data dan fakta sejarah, bukan sekadar dongeng," tegas Kang Naro.
Fakta tersebut, sambungnya, sekaligus mengoreksi anggapan bahwa usia Majalengka sudah lebih dari 500 tahun.
BACA JUGA:Rp86 Miliar, Utang Pemkab Majalengka
"Padahal pada masa VOC atau bahkan tahun 1972, belum ada yang menyebut nama Majalengka secara resmi," ungkapnya.
Pria asal Jalan Pemuda, Kelurahan Majalengka Kulon, Kecamatan Majalengka ini juga menceritakan bagaimana dirinya bersama komunitas Grumala menelusuri makam Bupati pertama Majalengka.
Dalam penelusuran tersebut, ia menemukan bahwa Kiai Suryadiningrat adalah nama lain dari Bupati pertama Majalengka, Denanegara.
Ziarah ke makam Kiai Suryadiningrat yang terletak di Desa Gunungwangi, Kecamatan Argapura, rutin dilakukan oleh Grumala dan Pemdes Gunungwangi setiap 11 Februari.
"Penuturan dari juru kunci makam, H. Juhri (70), menyebutkan bahwa tulisan pada batu nisan masih menggunakan aksara Hanacaraka berbahasa Jawa Cirebon. Karena sulit dipahami, kami membawa seorang ahli dari Indramayu, Ki Tarka, yang berhasil menerjemahkan naskah tersebut," jelas Kang Naro.
Hasil terjemahan menyebutkan bahwa Kerajaan Maja berpindah ke wilayah Majalengka pada 11 Februari 1840.
Temuan ini menjadi dasar penting dalam usulan perubahan Hari Jadi Majalengka.
Lebih lanjut, Kang Naro juga mengungkap bahwa berdasarkan dokumen dan tulisan yang ditemukan, makam di kawasan Margatapa, Kelurahan Cicurug, yang selama ini dianggap sebagai makam Pangeran Muhamad, ternyata merupakan makam seorang juru kunci.
"Jika benar usia Majalengka lebih dari 500 tahun, kenapa dokumen resmi justru menunjukkan bahwa perpindahan kerajaan baru terjadi tahun 1840? Hal ini penting untuk dikaji kembali, termasuk bagaimana seharusnya kita melafalkan nama 'Majalengka'—dengan 'e' atau 'eu' dalam bahasa Sunda,” katanya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


