Baru Tahu! Kabel Optik Ternyata Bisa Mendeteksi Aktivitas Gempa Bumi
Gempa Bumi -Pixabay-
JAKARTA, RADARCIREBON.COM – Sebagai negara yang berada di wilayah pertemuan antarlempeng bumi, Indonesia terus memperkuat sistem peringatan dini tsunami nasional.
Pengembangan sistem peringatan dini tsunami nasional dengan teknologi inovatif berbasis kabel optik bawah laut yang mampu mendeteksi aktivitas seismik, khususnya di zona megathrust yang rawan gempa.
Teknologi mutakhir ini merupakan hasil kolaborasi antara Universitas Gadjah Mada (UGM), Telkom Indonesia, dan akan diintegrasikan dengan sistem peringatan dini milik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, kabel optik bukan hanya berfungsi sebagai media komunikasi.
BACA JUGA:Laga Uji Coba Timnas Indonesia vs Malaysia Batal, Erick Thohir Bilang Begini
BACA JUGA:Merasa Ditipu oleh Salahsatu Kantor Leasing, Warga Lapor Polisi Karena Mobilnya Raib
Tetapi, juga dapat difungsikan sebagai sensor tekanan untuk mendeteksi gelombang bawah laut yang menjadi indikator awal terjadinya tsunami.
"Penggunaan kabel optik bukan hanya sebagai alat komunikasi, namun juga sebagai sensor tekanan yang bisa mendeteksi gelombang bawah laut sebagai indikator awal tsunami," kata Dwikorita pada Jumat 30 Mei 2025.
BMKG memiliki peran sebagai lembaga otoritas tunggal dalam mengoperasikan dan menyebarluaskan informasi peringatan dini tsunami, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009.
Hal ini penting untuk menghindari kebingungan publik akibat informasi yang tidak sinkron dari berbagai sumber.
BACA JUGA:Polresta Cirebon Bangun Posko Pengaduan di Lokasi Tanah Longsor Gunung Kuda
BACA JUGA:Terbaru! Daftar Identitas Korban Meninggal Dunia dan Luka-luka Tanah Longsor di Gunung Kuda Cirebon
“Peringatan tsunami dapat memicu evakuasi massal dan menghentikan kegiatan industri, sehingga konsekuensi finansialnya sangat besar. Oleh sebab itu, koordinasi dan keakuratan informasi menjadi sangat krusial,” tambahnya.
BMKG juga terbuka untuk mendorong riset dan inovasi dari perguruan tinggi, lembaga riset, dan sektor swasta.
Namun, setiap teknologi baru yang akan digunakan dalam sistem InaTEWS harus melewati uji kelayakan dan memenuhi standar nasional agar dapat diandalkan dalam kondisi darurat nyata.
“Sistem ini bukan sekadar soal teknologi, tetapi juga kecepatan respon, ketepatan data, serta koordinasi yang baik antar lembaga, yang langsung berpengaruh pada keselamatan rakyat dan ekonomi,” tegas Dwikorita.
BACA JUGA:Sebabkan 14 Orang Meninggal Dunia, Longsor di Galian Gunung Kuda Dapat Sorotan Media Asing
Untuk mendukung proses ini, BMKG siap memfasilitasi uji coba, validasi, serta integrasi teknologi hasil kolaborasi UGM dan Telkom ke dalam sistem peringatan dini yang sudah berjalan.
Dengan ancaman megathrust yang terus mengintai Indonesia, sinergi multipihak menjadi kunci utama untuk menciptakan sistem peringatan dini yang adaptif dan berdaya lindung tinggi.
“Inilah momentum memperkuat ekosistem inovasi nasional agar dapat menghadapi tantangan kebencanaan secara terintegrasi dan efektif,” pungkasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: reportase


