Ok
Daya Motor

Ancaman Alam di Sumatera Utara antara lain Gempa dan Banjir Menjelang Megathrust 2025

Ancaman Alam di Sumatera Utara antara lain Gempa dan Banjir Menjelang Megathrust 2025

Ilustrasi-ilustrasi-radarcirebon

Data ini jelas menunjukkan kegagalan dalam mitigasi tata ruang dan pengelolaan drainase, yang menimbulkan dampak sosial-ekonomi yang seharusnya bisa diminimalkan. Bandingkan dengan banjir bandang Medan 2013, yang mengulang pola sama, bahwa hujan ekstrem dikombinasikan dengan urbanisasi tanpa perhitungan kapasitas drainase.

Dapat dilihat pada gambar di atas bahwa citra satelit menunjukkan sistem tropis Senyar yang terletak 1059 km barat daya Ho Chi Minh City, Vietnam, bergerak ke arah timur dengan kecepatan 9 km/jam. Pusat tekanan minimum tercatat 1005 hPa, dengan tinggi gelombang signifikan maksimum 2,4 meter. Citra menunjukkan sirkulasi rendah yang sebagian tertutup dengan konveksi sporadis dan singkat di Teluk Malaka.

Analisis menunjukkan Senyar berada dalam kondisi kurang menguntungkan, dengan geser angin tinggi dan interaksi daratan yang meningkat menjelang pantai barat Malaysia. Sistem diperkirakan akan terus bergerak ke timur dan mencapai daratan dalam 12 jam ke depan, dengan intensitas diperkirakan tetap sekitar 45 km/jam.

Situasi ini menjadi lebih mengkhawatirkan ketika dikaitkan dengan prediksi megathrust di zona Nias-Simeulue. Potensi gempa hingga 8,7 M tidak boleh diremehkan. Aktivitas seismik kecil hingga menengah yang terlihat akhir November 2025 merupakan sinyal akumulasi tegangan di lempeng, yang berpotensi melepaskan energi besar dalam waktu dekat.

BACA JUGA:UCIC Gelar Wisuda dan Dies Natalis CIC Group

Simulasi probabilistik menunjukkan bahwa jika gempa besar terjadi bersamaan dengan hujan ekstrem, risiko longsor sekunder dan banjir bandang meningkat drastis, terutama di wilayah pesisir dan perbukitan.

Situasi ini menegaskan satu hal yang tidak bisa ditawar, yaitu ketidaksiapan pemerintah dan lemahnya mitigasi berbasis bukti. Infrastruktur yang belum tahan gempa, drainase yang buruk, dan minimnya sistem peringatan dini menunjukkan ketidaksiapan serius menghadapi fenomena yang sudah bisa diprediksi.

Edukasi masyarakat yang setengah hati dan integrasi data ilmiah yang belum optimal memperparah kerentanan sosial-ekonomi. Mengandalkan “doa dan kesabaran” jelas bukan solusi.

Sumatera Utara adalah contoh nyata bagaimana bencana alam bersifat terintegrasi. Gempa, banjir, dan longsor bukan fenomena terpisah, melainkan bagian dari pola risiko yang saling memperkuat. Kurangnya koordinasi antara data seismik dan hidrometeorologi membuat mitigasi tidak efektif. Untuk mengubah pola ini, pendekatan berbasis data mutlak diperlukan.

BACA JUGA:Inspiration House Cirebon Raih Penghargaan Indonesia Baik Award 2025

Infrastruktur tahan gempa harus dikombinasikan dengan sistem drainase dan pengelolaan tata ruang yang cerdas. Sensor seismik dan hidrologi perlu terintegrasi dengan model numerik untuk deteksi dini, sementara edukasi dan latihan evakuasi harus menjadi program berkelanjutan, bukan seremonial semata.

Jika kita terus mengabaikan fakta-fakta yang terang benderang ini, Sumatera Utara akan terus menjadi laboratorium penderitaan manusia akibat kelalaian. Aktivitas seismik yang meningkat, curah hujan ekstrem, topografi berbukit, dan pemukiman di daerah rawan adalah bukti nyata bahwa bencana ini bisa diprediksi.

Satu-satunya cara untuk menghentikan pola berulang ini adalah dengan mengambil keputusan berbasis sains, bukan sekadar retorika politik. Jika tidak, catatan korban jiwa dan kerusakan akan terus menumpuk menjelang megathrust berikutnya.

Referensi

Bilek, S.L., Lay, T., 2018. Subduction zone megathrust earthquakes. Geosphere 14, 1468–1500.
Kramer, S.L., Stewart, J.P., 2024. Geotechnical earthquake engineering. CRC Press.
Loi, D.W., Raghunandan, M.E., Swamy, V., 2018. Revisiting seismic hazard assessment for Peninsular Malaysia using deterministic and probabilistic approaches. Natural Hazards and Earth System Sciences 18, 2387–2408.
Løvholt, F., Glimsdal, S., Harbitz, C.B., Zamora, N., Nadim, F., Peduzzi, P., Dao, H., Smebye, H., 2012. Tsunami hazard and exposure on the global scale. Earth-Science Reviews 110, 58–73.

BACA JUGA:Penyaluran Bantuan Rutilahu Baznas Tak Serumit Birokrasi

Mutton, D., Haque, C.E., 2004. Human vulnerability, dislocation and resettlement: adaptation processes of river‐bank erosion‐induced displacees in Bangladesh. Disasters 28, 41–62.
Sosdian, S.M., Gagan, M.K., Natawidjaja, D.H., Kimbrough, A.K., Suwargadi, B.W., Rifai, H., Scott-Gagan, H., Prayudi, D., Suprihanto, I., Hantoro, W.S., 2024. Coral geochemical response to uplift in the aftermath of the 2005 Nias–Simeulue earthquake. Scientific Reports 14, 8686.
Spence, R., So, E., 2021. Why do buildings collapse in earthquakes? Building for safety in seismic areas. John Wiley & Sons.
Supendi, P., Widiyantoro, S., Rawlinson, N., Yatimantoro, T., Muhari, A., Hanifa, N.R., Gunawan, E., Shiddiqi, H.A., Imran, I., Anugrah, S.D., 2023. On the potential for megathrust earthquakes and tsunamis off the southern coast of West Java and southeast Sumatra, Indonesia. Natural Hazards 116, 1315–1328.

BACA JUGA:PKL Sukalila -Kalibaru Siap Direlokasi ke PGC, Penertiban Dilakukan Pertengahan Desember

Profil penulis

Ruben Cornelius Siagian adalah seorang peneliti dan penulis profesional dengan fokus pada fisika, komputasi ilmiah, dan analisis risiko bencana alam. Dengan pengalaman lebih dari satu dekade dalam penelitian dan publikasi ilmiah, Ruben memiliki rekam jejak yang kuat di bidang astrofisika, fisika teoretis, dan aplikasi numerik, serta

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: