Evaluasi 1 Tahun SBY-Boediono
RABU siang itu, tepatnya 9 Juli 2009, wajah SBY tampak sumringah. Maklum, sehari sebelumnya, Pilpres baru saja digelar. Berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survey, pasangan SBY-Boediono sudah dinyatakan menang. Sehari setelah pencontrengan 8 Juli tahun lalu, SBY memang langsung menggelar rapat koordinasi terbatas di Kantor Presiden. Tiga menteri koordinator waktu itu, yakni Menko Polhukam Widodo AS, Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati, dan Menko Kesra Aburizal Bakrie mengapit SBY saat menggelar jumpa pers. Waktu itu SBY optimistis, dengan Pemilu satu putaran, pemerintahan akan lebih cepat bekerja. Perekonomian pun akan lebih cepat pulih setelah diterpa krisis tahun 2008. “Saya optimis bahwa investasi akan bergerak lebih cepat,” kata SBY, kala itu. Kini, genap satu tahun sudah pemerintahan SBY-Boediono bekerja. Dengan kemenangan mutlak 60,8 persen suara dalam Pemilu 2009, sangat wajar apabila banyak kalangan menaruh harapan kepada pemerintahan saat ini. Namun, tetap saja, masih banyak yang menyatakan tidak puas. Kinerja SBY-Boediono dinilai tidak menunjukkan hasil selayaknya pemimpin yang mendapatkan mandat besar dari rakyat. Terlebih, sebenarnya, ini adalah periode kedua SBY sebagai presiden. Kinerja pemerintahan, ibarat berlari, seharusnya lebih kencang dibanding periode sebelumnya. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, dalam satu tahun terakhir pemerintahan SBY-Boediono, tidak terlalu banyak yang dikerjakan. “Janji infrastuktur dihilangkan hi-cost economy, lalu (kemudahan pembebasan) tanah, enggak ada yang jalan secara baik,” kata Sofjan. Sofjan juga menyoroti koordinasi yang sangat kurang antarmenteri ekonomi. Kebanyakan berasalan anggaran yang belum cair. “Secara umum rapot masih merah,” kata Sofjan. Dalam sejumlah kesempatan, pemerintah menggembar gemborkan kinerja pertumbuhan ekonomi. Dibanding negara lain, Indonesia memang termasuk salah satu dari 3 negara, yakni bersama Tiongkok dan India, yang bertumbuh tinggi sejak krisis 2008. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi semester pertama tahun ini mencapai 5,9 persen. Sofjan menyebutkan, dengan banyaknya pekerjaan rumah pemerintah yang belum selesai, kinerja tersebut belum banyak memiliki arti. “Tanpa pemerintah pun, juga sudah seperti ini,” kata dia. Angka kemiskinan dan pengangguran memang terus menurun. Jumlah penduduk miskin per Maret 2010 mencapai 13,33 persen atau 31,02 juta, atau menurun 1,51 juta dibanding Maret 2009 sebesar 32,53 juta. Sedangkan angka pengangguran per Februari 2010 mencapai 7,41 persen, atau turun dibanding Agustus 2009 sebesar 7,87 persen dan Februari 2009 sebesar 8,14 persen. Namun, penurunan tersebut juga masih cukup bias. Sebab, Indonesia masih sangat longgar dalam menetapkan definisi tenaga kerja. Dalam kriteria BPS, satu jam bekerja dalam seminggu sudah bisa dikategorikan bekerja. “Buruh kena PHK. Keesokan harinya jadi pemulung. Statusnya tetap bekerja. Karena itu, angka pengangguran turun terus,” sebut Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri. Jika pengangguran diserap sektor informal, itu juga tidak bisa diklaim sebagai kinerja pemerintah. Sebab, maraknya sektor tenaga kerja informal justru merupakan tanda pemerintah gagal dalam menstimulasi penciptaan lapangan kerja. “Jangan bangga jika mayoritas usaha adalah UMKM. Mereka bergelut di sektor informal karena tak bisa bekerja di sektor formal,” kata Faisal. Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto berpendapat kinerja pemerintah secara umum sebenarnya sudah cukup baik. “Namun, pertanyaannya adalah apakah itu sudah maksimal” Jawabanya jelas belum,” kata Bambang. Ia berharap pemerintah fokus kepada peningkatan daya saing nasional. Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha mengatakan, pemerintah telah bekerja keras di segala bidang. Namun kadangkala itu belum tersosialisasi dengan baik. Untuk itu, presiden meminta para menteri untuk aktif menjelaskan program-program yang telah dijalankan pemerintah. Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) mengatakan, kinerja para menteri sudah lebih baik dibandingkan evaluasi semester pertama lalu. “Secara umum 50 persen lebih bagus dari yang sebelumnya,” kata Kuntoro. (sof)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: