Hampir Setiap Tahun Harga Cabai Melambung Tinggi, Begini Solusi Pakar Pertanian

Hampir Setiap Tahun Harga Cabai Melambung Tinggi, Begini Solusi Pakar Pertanian

JAKARTA – Harga cabai saat ini sedang melambung tinggi. Salah satu penyebabnya, sebagian besar petani enggan menanam cabai karena musim hujan masih berlangsung.

Sehingga penurunan stok di beberapa daerah mengalami penurunan stok. Misalnya di Jakarta dan Makassar, harga cabai di atas Rp50 ribu.

Tingginya harga cabai akibat kelangkaan stok di pasaran merupakan permasalah yang terjadi hampir setiap tahun. Akibatnya, daya beli masyarakat pun menurun.

Pakar Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa menyebutkan, solusi untuk permasalahan harga cabai melambung yang berulang setiap tahun yaitu dengan perubahan pola konsumsi di masyarakat. Cara itu disebut lebih mudah ketimbang mencari teknologi penyimpanan hasil panen cabai, serta pemanfaatan teknologi untuk mengatur masa tanam.

“Cara mengatasi masalah harga cabai mahal adalah dengan perubahan pola konsumsi masyarakat, kalau masyarakat mau. Selama ini kan masyarakat mengonsumsi cabai segar. Jadi bagaimana bisa mengubah itu, kalau panen raya (cabai) bisa dibikin pasta, dikeringkan, agar bisa tahan lama,” ujar Dwi Andreas Santosa kepada Fajar Indonesia Network (FIN), radarcirebon.com group, Kamis (11/3).

Andreas mengatakan, kondisi yang terjadi pada komoditas cabai saat ini merupakan siklus tahunan. Ia tidak menghawatirkan hal itu sebab kondisi harga cabai mahal sudah sering terjadi sebelumnya.

“Harga cabai mahal ini memang wajar, siklusnya memang seperti ini. Siklus tahun ini mirip dengan tahun 2016 dulu ketika musim kemarau basah. Sehingga pada puncak-puncak (hujan) seperti ini, mereka (petani) mengalihkan semua ke tanaman padi dan mereka tidak berani tanam cabai karena curah hujan yang tinggi,” jelas Andreas.

Andreas mengakui, kondisi harga cabai melambung ini dapat diatasi melalui penerapan teknologi tanam seperti pembuatan rumah-rumah plastik untuk melindungi cabai dari cuaca. Namun hal itu tidak efisien karena biaya operasional yang dibutuhkan terlalu mahal.

“Kondisi sekarang, petani cabai itu menghitung musim. Kalau pas berbunga dan panen itu jangan sampai curah hujannya tinggi. Karena ketika curah hujan tinggi, cabai akan gampang rusak di lahan. Itulah yang membuat harga cabai mahal,” ungkapnya.

Andreas optimis, harga cabai mahal akan berangsur turun ketika musim hujan sudah berlalu. Sebab keterbatasan stok yang terjadi saat ini diakibatkan kondisi iklim yang ekstrem.

“Tidak usah diributkan masalah ini, saya pastikan harga cabai bulan depan sudah mulai turun lagi, karena sudah mulai banyak yang panen,” pungkasnya.

Sebelumnya, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Syailendra mengatakan, diperlukan teknologi penyimpanan cabai yang baik. Agar pemerintah bisa menyimpan stok cabai dalam jangka waktu yang lebih lama.

Stok itu, kata dia, untuk menjaga ketersediaan cabai di pasar, agar harga menjadi stabil dan tidak merugikan petani.

“Cuma ada dua cara menyelesaikan persoalan cabai, pertama adalah mengatur pola tanam. Kedua adalah teknologi penyimpanan. Sampai saat ini belum ada teknologi penyimpanan cabai yang bisa tahan 1-2 bulan,” ujar Syailendra kepada Fajar Indonesia Network (FIN) kemarin. (hsn/git/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: