Cengkok Oye
Namun, kondisi kesehatan Pak Mantep terus memburuk. Akhirnya dicarikan RS sampai dapat. Telat.
Di usia Pak Mantep yang 74 tahun sabetannya (adegan perang yang dimainkannya) masih mengesankan. Di sabetan itulah keunggulan Pak Mantep. Wayang dibuatnya bisa jungkir balik dengan sempurna dan lincahnya.
Awalnya dulu Pak Mantep dianggap punya kelemahan mendasar: jenis suaranya. Tidak koong.
Padahal di zaman itu ada dalang Ki Narto Sabdo (alm) dan Anom Suroto. Yang suaranya begitu bulat dan merdu.
Dalang adalah juga penyanyi. Pembawa suluk. Pengucap dialog. Suara ki dalang mutlak harus koong.
Ki Mantep secara terbuka mengakui kelemahannya itu. Termasuk ketika sedang mengajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo.
Ia mengajar sebagai dosen luar biasa –karena Pak Mantep bukan sarjana. Juga tidak pernah sekolah formal pedalangan.
\"Gunakan sisi kekuatan Anda untuk menutupi kelemahan Anda.\" Itulah isi kuliah PAK Mantep. Seperti yang diingat Ki Cahyo Kuntadi, dalang terkemuka masa kini.
Ki Kuntadi pernah menjadi asisten dosen untuk Pak Mantep. Di ISI. Selama dua tahun. Ki Kuntadi lulusan S-1 ISI yang kemudian lanjut ke S-2.
Lama-lama jenis suara Pak Mantep justru menjadi kekuatannya. Menjadi ciri khasnya yang kuat. Sampai menjadi iklan \'\'Oskadon Oye!\'\' yang terkenal itu.
Saking kuatnya karakter suara itu sampai ada mahasiswa yang ingin meniru suara Pak Mantep.
\"Saya sendiri, waktu masih mahasiswa, pernah punya keinginan meniru suara beliau,\" ujar Ki Kuntadi.
\"Demikian juga beberapa mahasiswa pedalangan angkatan saya,\" tambahnya.
Medhot punya rumusan yang baik untuk menggambarkan upaya Pak Mantep mengatasi kelemahannya itu. \"Pintar-pintarlah mengolah cengkok,\" ujar Medhot menirukan doktrin ayahnya.
\"Juga harus pinter memainkan nada,\" tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: