Tanpa Tradisi Panjang Jimat, Begini Maulid Nabi Keraton Kasepuhan versi Rahardo Djali
CIREBON – Meski seluruh keraton di Cirebon menggelar tradisi proses panjang jimat atau pelal dalam memperingati Maulid Nabi, namun berbeda yang dilakukan oleh Sultan Kasepuhan versi Raharjo Djali, yakni Sultan Aloeda II.
Ditemui di kediamannya, Sultan Aloeda II Raden Rahardjo Djali mengatakan, dalam memperingati Maulid Nabi (Muludan) hanya akan menggelar Tawasulan (berdoa) di Umah Kulon Keraton Kasepuhan, Minggu (17/10/2).
\"Tahun ini kami tidak melakukan Muludan karena situasi masih pandemi dan juga masih PPKM. Jadi kami hanya akan menggelar Tawasulan saja di sini (Umah Kulon,red),\"katanya.
Rahardjo menegaskan, agar keluarga Sultan Sepuh XV PRA Luqman Zulkaedin untuk tidak menggunakan Bangsal Dalem Agung Prabayaksa untuk dijadikan tempat puncak kegiatan pelal agung.
Baca juga :
- Ternyata Gunung Ciremai Punya 2 Kawah, Sunan Cirebon dan Bagian Timur
- Kawah Burung, Hutan Larangan dan Paling Angker di Gunung Ciremai
\"Kami udah berkordinasi dengan pihak keamanan untuk mengosongkan Keraton Kasepuhan karena situasi masih PPKM. Jadi Bangsal Dalem Agung Prabayaksa harus dikosongkan,\" tegasnya.
Ditanya terkait adanya beberapa tradisi Muludan yang sudah digelar di Keraton Kasepuhan oleh keluarga PRA Luqman Zulkaedin, Sultan Aloeda II menuturkan, pihaknya tidak mempermasalahkannya.
\"Kami mengharapkan kepada pihak kepolisian untuk menetralkan (pengosongan) areal bangsal Dalem Agung Prabayaksa. Jadi mereka tidak bisa memakai bangsal, begitu pun juga kami tidak bisa menggunakan bangsal untu acara Muludan. Jadi sifatnya status quo,\" pungkasnya. (rdh)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: