Hari Pangan Sedunia, Ratusan Juta Orang Masih Malnutrisi dan Kelaparan
SETIAP tanggal 16 Oktober, dunia memperingati Hari Pangan Sedunia (World Food Day). Masalah kelaparan dan kekurangan gizi menjadi perhatian yang terus disorot.
Salah satu laporan Badan Pangan Dunia (FAO) menyatakan bahwa sebanyak 720 hingga 811 juta orang di dunia menderita kelaparan pada tahun 2020, 161 juta lebih banyak dibanding tahun 2019. Maka tak heran jika malnutrisi masih merupakan tantangan pangan terbesar bagi dunia saat ini.
Seorang wirausaha social (social entrepreneur) dari Amerika, salah satu pemenang penghargaan sosial bergengsi Rolex Awards for Enterprise 2021, Felix Brooks-church mengatakan kondisi pangan dunia saat ini butuh perhatian.
Menurutnya, dunia masih menghadapi masalah malnutrisi yang dialami lebih dari 2 milliar orang di seluruh dunia, sekaligus usaha pencegahan 15 ribu jumlah kematian anak-anak setiap hari. Brooks-church menghabiskan 4 tahun di Kamboja, menjalankan program edukasi untuk meningkatkan kualitas hidup anak-anak.
“Hal ini didasari oleh besarnya jumlah anak yang ditemukan menderita stunting dan kesulitan belajar,” katanya secara daring baru-baru ini.
Menurutnya, nutrisi yang layak penting diberikan pada anak usia produktif dan masa 1.000-hari pada anak-anak untuk perkembangan fisik dan kognitif anak. Tekad ini yang mendorongnya untuk mendirikan dan mengelola Sanku, organisasi sosial nirlaba di Tanzania.
Ia mendesain sebuah mesin untuk memperkaya bahan baku tepung dengan asupan nutrisi, dan lebih krusial lagi, merancang sebuah bisnis model untuk memastikan tidak ada ekstra biaya tambahan yang perlu dibebankan kepada konsumen dan produsen untuk memproduksi bahan makanan yang lebih bernutrisi tersebut. “Yang kami lakukan adalah menambahkan nutrisi ke dalam makanan pokok yang menjadi makanan utama jutaan orang setiap harinya,” katanya.
Ia menyoroti area-area terpencil di kawasan Afrika Timur. Untuk pertama kalinya, barisan pabrik-pabrik kecil lokal dimobilisasi dalam skala besar untuk mengatasi malnutrisi. Pabrik-pabrik kecil seringkali tidak masuk ke dalam program nasional fortifikasi bahan bergizi karena kebanyakan dari pabrik berskala kecil tidak sanggup atau tidak bersedia untuk membayar biaya nutrien. Sementara itu, pemerintah tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk memantau pabrik kecil.
Mesin dosifier menambahkan vitamin B12, zinc, asam folat dan zat besi ke dalam tepung. Jumlah penambahan ini setara dengan gizi dari biji-bijian saat diproses melalui mesin weight-sensitive hopper.
Langkah ini berpotensi menyelamatkan dan meningkatkan kualitas hidup jutaan manusia. Menurutnya nutrisi yang baik merupakan kuncinya.
“Dengan nutrisi yang baik, anak-anak dapat tumbuh dengan sehat dan kuat. Mereka menjadi lebih pintar dan nanti bisa menjadi lebih produktif ketika tiba saatnya bekerja,” katanya.
“Hal ini berdampak langsung di tingkat makro. Mendukung GDP (Produk Domestik Bruto), meringankan tekanan ekonomi di sektor kesehatan, semakin banyak tenaga ahli, engineers, dokter dan lain-lain,” tutupnya. (jawapos)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: