Usai Karantina Tiga Hari, Ridwan Kamil Langsung ke Kali Rasmi: Pola Penanganannya Copy Program Citarum Harum

Usai Karantina Tiga Hari, Ridwan Kamil Langsung ke Kali Rasmi: Pola Penanganannya Copy Program Citarum Harum

BEKASI  - Usai karantina tiga hari dari lawatan luar negeri, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil langsung meninjau Kali Rasmi di Desa Wangunharja, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi. 

Dalam peninjauan tersebutr, Gubernur meminta warga setempat, khsusunya anak  muda dilibatkan dalam tim patroli sungai untuk memantau pencemaran di Kali Rasmi.

Keterlibatan warga, khususnya genrasi muda sangat penting karena dapat membantu kerja petugas dalam memantau kesehatan sungai.

Sebab, menurut Gubernur, sumber pencemaran yang sempat viral di media sosial perlu dicari tahu dari mana. Dari pengalaman penanganan DAS Citarum, pencemaran berasal dari limbah pabrik dan limbah rumah tangga atau domestik.

\"Anak-anak muda di desa akan dijadikan patroli sungai. Patrolinya mencari sumber-sumber pencemaran,” ujar Ridwan Kamil di Kali Rasmi, Selasa (9/11/2021).

Gubernur juga meminta, agar patroli dilakukan pada malam hari dan atau sewaktu hujan. Karena, dua momen inilah yang kerap dimanfaatkan para pembuang limbah agar aksinya tidak ketahuan warga sekitar sungai dan petugas. 

“Patrolinya jangan di siang hari, kerjanya saat hujan dan saat malam. Kenapa sarannya terdengar aneh? Karena pencemaran berdasarkan pengalaman selalu dilakukan saat hujan berharap mengalir dengan air hujan, dan berharap enggak ada yang lihat pada malam hari,\" ungkap Ridwan Kamil.

Dia juga menyarankan kepada Pemerintah Kabupaten Bekasi, agar bisa mengimitasi program Citarum Harum dalam menangani pencemaran di Kali Rasmi, sehingga kejadian serupa tak terulang.

\"Meng-copy keberhasilan Citarum. Sungai ini rumit karena melewati 13 kota/kabupaten. Dari yang asalnya hitam tercemar menjadi cemar ringan,” jelas pria yang biasa disapa Kang Emil ini.

Air Citarum, lanjut dia, dalam tiga tahun kualitasnya membaik dari asalnya cemar berat menjadi cemar ringan.  “Kalau Citarum skala besar saja bisa kenapa kali yang lebih kecil tidak bisa. Kuncinya adalah kekompakan itu,\" ungkapnya.

Kang Emil menjelaskan, pola yang bisa diterapkan yakni pentaheliks, yakni melibatkan semua stakeholders mulai dari pemerintahan, akademisi, pengusaha, komunitas dan media.

\"Pada Citarum Harum, komunitas lingkungan, pelibatan TNI/Polri sangat gampang dilakukan dan efektif,\" jelasnya.

Dengan demikian, diharapkan semakin banyak penjahat lingkungan yang takut membuang limbah karena tentara dan polisi memiliki karakteristik tegas dan mengedepankan NKRI. 

\"Mari kita mulai tradisi melibatkan TNI/Polri dan komunitas. Selama ini kalau tidak melibatkan TNI/Polri, yang buang limbah tidak takut,\" terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: