Ekonomi Indonesia Bisa Pulih Jika Kesehatannya Beres

Ekonomi Indonesia Bisa Pulih Jika Kesehatannya Beres

INDONESIA bersiap melakukan transisi dari pandemi COVID-19 menuju endemi. Sejumlah skenario bisa dijalankan. Selain memastikan kesehatan masyarakat, pertumbuhan ekonomi juga wajib jadi perhatian utama.

“Skenario pertama, pandemi masih terjadi. Kita belum dapat yang namanya herd immunity (kekebalan kelompok). Artinya belum masuk ke masa endemi,” ujar ekonom senior Chatib Basri melalui kanal Youtube ILO di Jakarta, Rabu (10/11).

Pada skenario pertama, dunia perekonomian akan tetap terbatas. Sebab, adanya protokol kesehatan akan membatasi segala bentuk aktivitas masyarakat. Sehingga berdampak pada produksi suatu barang atau jasa serta mempengaruhi transaksi jual beli.

“Sebuah industri tidak akan memproduksi banyak barang bila tidak ada permintaan dari pembeli. Akibatnya, bunga bank menjadi turun. Namun kredit tidak mengalami pertumbuhan. Karena perusahaan tidak meminjam dana untuk melakukan usaha. Untuk apa orang produksi barang banyak-banyak kalau yang minta tidak ada. Motor dibuat, mobil dibuat akhirnya hanya jadi stok di dealer saja,” imbuhnya.

Apabila skenario ini masih terjadi, Indonesia sedang memasuki fase dimana pemerintah harus memfokuskan diri pada disaster relived. Terutama di bidang kesehatan, sosial dan UMKM agar dapat bertahan.

Pada fase ini, pola pemulihan akan terjadi secara berulang. Mulai dari pemerintah melonggarkan mobilitas sosial untuk membuat ekonomi menjadi membaik dan diikuti dengan bertambahnya kasus.

Pola tersebut, lanjutnya, telah terjadi pada saat ekonomi triwulan II 2020. Di mana perekonomian nasional terkontraksi 5 persen secara year on year (yoy). “Namun perekonomian mulai membaik seiring dengan pelonggaran aktivitas masyarakat. Sebab itu, pada kuartal II 2021 kembali tumbuh secara positif menjadi 7 persen,” jelasnya.

Sementara pada kuartal III 2021, adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menyebabkan mobilitas masyarakat menurun. Sehingga perekonomian tumbuh lebih rendah dari sebelumnya. “Jadi pola ini akan berulang sampai pandemi bisa ditangani. Saya katakan ekonomi tidak bisa pulih kecuali kesehatannya beres,” papar Chatib.

Pada skenario kedua, apabila negara berhasil mengubah pandemi menjadi endemi, maka mobilitas dapat kembali meningkat. Selain itu, akan ada kegiatan produksi akibat meningkatnya jumlah permintaan terhadap suatu produk. Sehingga perekonomian menjadi lebih membaik.

Chatib memprediksi segala macam bentuk aktivitas akan berubah. Mayoritas didominasi secara hybrid alias daring. Pada fase ini, industri akan menjadi pihak yang mengalami sedikit kesulitan. Karena butuh penyesuaian dalam menjalankan bisnisnya.

Selain industri, bidang pariwisata dan bisnis penerbangan akan mengubah pola bisnis. Yakni menyesuaikan diri dengan kebutuhan konsumen yang disesuaikan dengan protokol kesehatan.

“Dalam konteks ini kita bisa berharap bahwa pertumbuhan ekonominya itu akan recover. Kalau lihat dari jadwal pemerintah di tahun 2022, vaksin selesai 70-80 persen. Berarti fully recovery mungkin itu terjadi di 2023 provided tidak ada pandemi,” pungkasnya. (rh/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: