Siswa 4 Sekolah Tawuran

Siswa 4 Sekolah Tawuran

Saling Serang dengan Celurit CIREBON- 10 November yang diperingati sebagai Hari Pahlawan dinodai dengan aksi tawuran para pelajar. Peristiwa ini melibatkan puluhan pelajar dari 4 SMK di Cirebon yakni SMK PUI dan SMK Nasional (kota) dan SMK Nusantara serta SMK Manbaul Ulum (kabupaten). Mereka saling serang menggunakan batu dan celurit di Brigjen Dharsono by pass, tepatnya tak jauh dari Jl Perjuangan, Kota Cirebon. Belum diketahui pangkal persoalan sehingga  mereka terlibat tawuran. Beruntung, aksi meresahkan para pengguna jalan itu cepat diketahui polisi. Mereka langsung meluncur ke lokasi dan mengejar sekaligus menangkap para pelajar lalu diangkut ke truk dalmas. Pelajar yang tertangkap dan diangkut ke truk langsung digiring ke Mapolres Cirebon Kota (Ciko) guna menjalani pemeriksaan. Jumlah yang ditangkap sekitar 39 orang. Pantauan Radar, sebelum masuk ke halaman Mapolres Ciko, pelajar-pelajar itu diminta berjalan jongkok berbaris dengan pakaian dilepas (kecuali celana panjang yang tetap melekat di badan). Di halaman mapolres mereka pun dijemur dengan posisi tubuh terlentang dan wajah menghadap ke arah matahari. Bahkan pelajar yang diketahui rambutnya panjang langsung digunting secara acak. Kapolres Ciko AKBP Herukoco MSi membenarkan jika pihaknya telah mengamankan puluhan pelajar yang terlibat tawuran. “Begitu kami mendapatkan informasi ada tawuran, petugas yang rutin melakukan patroli langsung bergerak cepat ke lokasi dan mengamankan mereka,” ujarnya. Kepolisian, kata Herukoco, berhasil mengamankan 39 pelajar dari beberapa SMK. Mereka terdiri dari SMK PUI sebanyak 16 siswa, SMK Nusantara 3 siswa, SMK Nasional 18 siswa dan SMK Manbaul Ulum 1 siswa. “Sedangkan yang tidak membawa senjata tajam akan kami berikan pembinaan. Akibat aksi mereka, kaca sebuah truk tronton pecah terkena lemparan batu. “Tawuran terjadi selama ini sebenarnya secara sporadis. Namun kami secara rutin melakukn monitoring, termasuk mendatangi sekolah-sekolah untuk memberikan pengarahan. Guru dan orang tua akan kami panggil,” bebernya. Sementara itu, dua pelajar yang harus diproses hukum karena membawa celurit adalah Andri Apriyanto (15) siswa kelas X SMK PUI Kota Cirebon dan Agis Ismail (17) siswa SMK Manbaul Ulum Kecamatan Dukuhpuntang. Agis mengaku dia sebenarnya ke Kota Cirebon hendak mengurus kepindahan ke SMK PUI. Ketika hendak pulang dia terjebak tawuran antara SMK PUI, SMK Nasional dan SMK Nusantara. “Saya tidak tahu kalau lokasi itu basis tawuran,” kata siswa asal Gegesik ini. Agis di depan polisi sempat mengelak celurit itu miliknya tetapi milik Andri Apriyanto. Tetapi polisi tetap tidak menggubris bantahaannya dan tetap menggiringnya ke ruang pemeriksaan. Sedangkan Andri Apriyanto juga mengelak jika  celurit tersebut miliknya. Dia mengaku milik Agis. Dia bahkan tidak tahu menahu mengapa celurit tersebut berada di tasnya. “Itu (celurit) bukan milik saya tapi milik dia,” (Agis),” elaknya. Sementara Rudi, Guru SMK PUI yang ditemui di sela-sela melihat langsung anak didiknya mengaku selama ini sekolah sudah berupaya maksimal untuk memberikan pengarahan dan bimbingan supaya tidak melakukan tawuran. Namun yang terjadi mereka masih tawuran. Mantan Danki Menwa STAIN Cirebon ini menegaskan, siswanya yang terlibat tawuran karena biasanya membolos ketika jam sekolah. “Mereka yang tawuran biasanya yang sering bolos sekolah,” kata Rudi kepada Radar. Secara terpisah, Wakasek Kurikulum SMK Nusantara Irwan  saat dikonfirmasi malah mengaku tidak tahu jika siswanya terlibat tawuran. Melalui pesan pendek Irwan menjelaskan jika siswanya masih belajar di kelas. (abd/hsn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: