Laba Tahun Berjalan PT Antam Capai Rp 1,7 Triliun, Tumbuh 105 Persen
\"Misalnya kita punya tanggung jawab menaruh equity di SGAR (Smelter Grade Alumina Refinery) 35 persen dari 800, 100 juta dolar itu mau utang ke bank atau menggunakan cash internal,\" terangnya.
Pilihan pinjam ke bank sudah pasti menaikkan lagi catatan di neraca utang ditambah bunganya 5 persen per tahun.
\"Berarti 50 miliar setahun, yang kita lakukan kita pakai cash internal dulu, kita nggak sanggup lagi bayar bunga krn bunga itu ratuan miliar. Kita menghemat dari sisi capital, di mana projek kita suruh melakukan process balancing 70 persennya, dan itu terjadi,\" ujar dirut Antam ini.
Sebenarnya, lanjut Dana Amin, secara struktur capital Antam di investasi SGAR tidak terbebani secara bunga. \"Persoalannya benar tadi kemampuan eksekusi project, selalu di situ, ngak cuma di Antam, bukan kita ngeles, tapi selalu begitu,\" imbuhnya.
Oleh karena itu, ia berharap bantuan dan dukungan Komisi VI untuk bagaimana menghindari risiko-risiko klasik BUMN yang membuat projek itu tidak delivered.
\"Umumnya adalah risiko kontruksi, ada persoalan antarpemegang saham, ada persoalan teknologi, sekarang lebih lucu lagi persoalan internal kontraktor,\" papar Dana Amin.
Lebih lanjut, perihal return of investment capital, seperti disinggung wakil rakyat dalam rapat tersebut, diakuinnya memang sangat berpengaruh terhadap manajemen Antam.
\"Kami lihat seringkali return yang didapatkan hari ini digerus oleh investor capital yang tidak menghasilkan, kami biasanya menikmati investasi zaman dulu, pabrik pemurnian tahun 70an, kemudian pabrik pemurnian menggunakan PMN tahun 80. Sementara investasi-investasi baru yang dilakukan di akhir 90an sampai awal 2000, mulai 2005, 2010, 2015, 2017 sampai hari ini tidak menghasilkan, sehingga menyebabkan balancing Antam berat,\" demikian Dana Amin. (rmol)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: