Warga Sebut PDAM Tidak Adil, Pelayanan Memble Tagihan Mahal
KEJAKSAN- Kemarin, koran ini menemui masyarakat pesisir (Kesenden, Pesisir, Cangkol) dan bertanya langsung seputar pelayanan air bersih dari PDAM Kota Cirebon. Jawabannya seragam, pelayanan PDAM tidak memuaskan. Warga bahkan berani menyebut PDAM tak berlaku adil. Tagihan mahal, bahkan sambungan dicabut jika telat bayar, sementara pelayanan air bersih PDAM selalu memble. Selama ini, untuk mendapatkan stok air yang mencukupi warga harus memasang alat bantu khusus (jet pump) guna menyedot air bersih dari jaringan PDAM. Biaya yang dikeluarkan tentu tak sedikit. Untuk membeli alat bantu penyedot, warga harus mengeluarkan biaya Rp350 ribu. Belum lagi tarif listrik yang membengkak karena setiap hari harus menggunakan tenaga listrik untuk menyedot air dari jaringan PDAM. Keluhan soal pelayanan PDAM ini disampaikan Ketua RW 10 Kesenden, Lukman Santoso. \"Di sini air PDAM hanya mengalir di waktu-waktu tertentu saja. Bahkan dalam satu minggu selalu ada satu hari di mana air tidak mengalir sama sekali,\" ungkap Lukman Santoso kepada Radar, Rabu (16/10). Di wilayah RW 10, lanjut dia, ada sekitar 535 kepala keluarga (KK). Semuanya hampir memasang fasilitas sambungan air PDAM. Kesulitan warga dalam mendapatkan air PDAM sudah berlangsung sejak tiga tahun terakhir. Banyak warga RW 10 mengeluhkan persoalan ini kepada Lukman Santoso. Sebagai tindak lanjut atas keluhan warga, Lukman pun melayangkan surat keluhan dan permintaan agar PDAM melakukan pembenahan aliran air PDAM di wilayahnya. Hasilnya, tim PDAM hanya turun meninjau tanpa ada realisasi pembenahan. \"Pada dasarnya warga sudah membiasakan diri dengan kondisi ini (kekurangan air bersih, red). Tapi bila hal ini terjadi terus menerus tanpa pembenahan, ini melelahkan. Warga sangat bergantung kepada PDAM, tapi pelayanannya stidak memuaskan,\" kritik Lukman. Lukman menyebut reaksi warganya terhadap masalah ini masih normal. Sejauh ini warga belum melakukan aksi mogok bayar. \"Palingan hanya adu argumen saja dengan petugas PDAM lapangan. Kami sebagai konsumen yang baik tentu masih mau bayar. Hanya saja kami juga punya hak. Kami berhak menuntut agar pelayanan PDAM bisa maksimal, karena kami juga telah membayar kewajiban,\" tuturnya. Warga lainnya, Kusen, menceritakan, semenjak alat meteran PDAM diganti dengan yang baru, tagihan air PDAM per bulannya lebih mahal. Ia mengeluhkan meteran tersebut terus bergerak, padahal air tidak mengalir. \"Jika kran dibuka meteran terus bergerak, ini kan sama saja kita membayar angin,\" katanya saat dijumpai Radar. Di samping itu, peraturan sanksi PDAM yang mencabut sambungan bila tidak membayar tagihan tepat waktu membuat warga merasa diperlakukan dengan tidak adil. \"Kami merasa pelayanan PDAM belum maksimal. Kalau bayaran telat mereka main cabut aja. Ini kan tidak adil,\" tukasnya. Di rumah Kusen, air PDAM baru mengalir tengah malam. Sedangkan per bulan ia harus membayar tagihan sekitar Rp50 ribu hingga Rp150 ribu. Rakina (44), warga Kesenden lainnya juga mengutarakan hal senada. \"Air PDAM kadang ngalir kadang nggak ngalir. Kadang kalau di siang hari air ngalir, cuman airnya bau. Bahkan sempat airnya hitam kayak air comberan,\" tukasnya. Sedangkan warga Cangkol Utara, Nani Sumarni, mengatakan, tidak semua warga mendapat aliran air PDAM selama 24 jam. Itu karena ada di antara warga yang tidak menggunakan alat bantu penyedot air. Ia berharap, agar pipa saluran air PDAM ke wilayah pinggir pantai bisa diperbesar. Sementara Ketua RT 09 RW 04 Cangkol Utara, Ade Turman menyebut, krisis air bisa terjadi karena PDAM tidak bisa mengantispasi jumlah pelanggan yang terus bertambah. Apalagi pipa saluran air ke wilayahnya tidak diperbesar. Akibatnya, kuantitas debit air ke rumah menjadi berkurang. \"Ke depan saya berharap agar PDAM bisa memperbesar pipa saluran air di wilayah pantai. Sebab semakin ke daerah laut aliran air semakin kecil,\" imbuhnya. (jml)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: