Tanam Paksa di Cirebon, Saat Pribumi Dijajah di Perkebunan Tebu

Tanam Paksa di Cirebon, Saat Pribumi Dijajah di Perkebunan Tebu

Tanam paksa saat diberlakukan VOC di Indonesia termasuk Cirebon.-KITLV-radarcirebon.com

Radarcirebon.com, CIREBON - Sistem tanam paksa juga diterapkan Pemerintah Kolonial di CIREBON, lewat perkebunan tebu. Masa-masa tersebut sangat pahit.

Masyarakat Cirebon ketika itu menjadi budak tanam paksa, khususnya tebu di sejumlah kawasan perkebunan. Komoditas itu, menjadi salah satu adalan ekspor ke Eropa.

Tidak hanya tanam paksa, VOC juga menancapkan kukunya dalam perdagangan teruama di Pelabuhan Cirebon sejak abad 17. 

Tidak hanya tanam paksa, perdagangan di Cirebon juga dikuasai oleh VOC. Pemerintah kolonial membangun benteng, hingga fasilitas perdagangan juga pergudangan.

BACA JUGA:Jadi Anggota NATO, Turki Tetap Jalin Kerja Sama dengan Rusia

Komoditas yang menjadi komoditi tanam paksa ketika itu adalah kopi, gula, teh, kapas hingga lada.

Tanaman seperti kopi dan teh dikirim dari wilayah Priangan, didatangkan ke Pelabuhan Cirebon untuk diangkut ke Eropa. 

Pada catatan Cirebon dalam Lima Zaman, di bawah kekuasaan kompeni, terutama pada abad ke-18, saat tanam paksa dilakukan di Cirebon terjadi kelaparan, wabah penyakit dan emigrasi penduduk.

Kelaparan terjadi, karena padi atau beras dimonopoli kompeni dan faktor lainnya, lahan untuk menanam padi berkurang, lantaran sebagian lahan itu digunakan untuk menanam tarum (nila) dan kopi untuk kepentingan Belanda.

BACA JUGA:Hore, Pelaku Perjalanan Dalam Negeri Tak Perlu Tunjukkan Hasil RT-PCR

Faktor lainnya, rakyat yang notabene petani kekurangan waktu untuk bercocok tanam padi dan palawija, karena mereka seringkali dipaksa kerja rodi dan kerja wajib untuk penguasa.

Sementara itu, tanah-tanah desa disewakan kepada orang-orang ekspatriat, antara lain di daerah Palimanan dan sekitarnya. Masalah itulah yang menyebabkan rakyat pada umumnya menderita, apalagi kehidupan ekonomi rakyat pun terpuruk.

Ekspansi lahan perkebunan selain menyedot tenaga kerja yang menjadi kuli-kuli kontrak, juga kerap menimbulkan konflik dengan para petani karena berebut lahan.

Manabu Tanaka dan Hiroyoshi Kano dalam Di Bawah Asap Pabrik Gula: Masyarakat Desa di Pesisir Jawa Sepanjang Abad ke-20 (1996) memberikan contoh konflik ini juga terjadi di daerah Comal, Jawa Tengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: