Orasi Ilmiah Dahlan Iskan di Wisuda IAI Al Azis: Kemerdekaan Adalah Modal Kemajuan dari Al Zaytun
Dahlan Iskan mengisi orasi ilmiah di wisuda IAI Al Azis Mahad Al Zaytun atas undangan dari Syekh Panji Gumilang.-Kholil Ibrahim-radarcirebon.com
Bahkan, dia sempat ragu ketika Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyoni mempercayakan jabatan tersebut kepada dirinya.
BACA JUGA:Polisi Tegaskan Ancaman Terhadap Kendaraan Plat E Hoax
"Kalau saya jadi direktur utama PLN, nanti bapak akan disorot masyarakat. Presiden mengatakan, Pak Dahlan saya tahu semua itu. Krisis listrik sedemikian berat. Pak Dahlan punya kemampuan manajerial dan leadership," kata Dahlan menirukan apa yang disampaikan Presiden SBY.
Dari inti ceritanya tersebut, semua itu adalah masalah manajerial. Kemampuan manajerial inilah yang sangat unggul untuk menjadi seorang pemimpin.
"Menjadi menteri nggak penting. Ini menjadi dirut PLN. Tahunya saya listrik itu nyetrum," bebernya.
Di kesempatan itu, Dahlan Iskan juga mengisahkan dirinya yang harus menjalani operasi ganti hati. Pertimbangan kesehatan itulah, yang membuat dirinya juga sempat ragu menerima amanah sebagai direktur PLN.
BACA JUGA:Dahlan Iskan Hadir di Wisuda IAI Al Azis Mahad Al Zaytun, Diundang Syekh Panji Gumilang
Akhirnya, Presiden SBY meminta dirinya untuk ke Tiongkok dan berkonsultasi dengan dokter. Ternyata, ketika diperiksa dinyatakan sehat sekali dan boleh menerima pekerjaan apapun.
Tidak berhenti di situ, Dahlan Iskan mengaku, memberikan syarat kepada Presiden SBY. Bahwa harus bisa menentukan susunan direksi dari PLN.
"Ini persis di Al Zaytun. Karena ini yang akan bekerjasama. Saya mau tim yang kuat. Tim itu harus satu hati. Kalau tim tidak menyatu, waktu akan habis dengan yang namanya makan hati," bebernya.
Ternyata, presiden mengizinkan karena waktu itu sudah tidak ada jalan lain. Dahlan juga mengaku, mengajukan syarat lain, yakni hanya mau menjabat 3 tahun karena ingin kembali menjadi orang bebas.
"Presiden bilang, apa yang bisa dikerjakan dalam 3 tahun. Saya bilang, membuat listrik di Indonesia sama dengan Malaysia barat. Satu tahun hanya boleh mati 7 kali," bebernya.
Syarat terakhir, kata Dahlan, tidak mau terima gaji. Gajinya waktu itu Rp 150 juta per bulan. Juga tidak mau pakai mobil dinas.
"Janji saya 3 tahun, tapi baru 22 bulan saya dipanggil presiden menjadi Menteri BUMN. Presiden minta jadi menteri karena dianggap PLN sudah bagus," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: