Sosok Akso, Wisudawan Tertua IAIN Syekh Nurjati Cirebon Usia 64 Tahun Raih Predikat Cumlaude IPK 4.00

Sosok Akso, Wisudawan Tertua IAIN Syekh Nurjati Cirebon Usia 64 Tahun Raih Predikat Cumlaude IPK 4.00

Akso menjadi wisudawan tertua pada prosesi Wisuda IAIN Syekh Nurjati Cirebon ke-26 di Hotel Aston Cirebon, rabu (24/5/2023).-KHOIRUL ANWARUDIN-radarcirebon.com

CIREBON, RADARCIREBON.COM - Usia senja nampaknya tak menyurutkan semangat Akso untuk menyelesaikan pendidikannya. Bahkan di usia yang sudah menginjak 64 tahun 5 bulan, Akso berhasil menuntaskan studi doktoralnya (S3) di Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Akso menjadi wisudawan tertua pada prosesi Wisuda IAIN Syekh Nurjati Cirebon ke-26 di Hotel Aston Cirebon, rabu (24/5/2023). Ia mengaku terpacu untuk menggenapi jenjang pendidikannya setelah adiknya menyelesaikan terlebih dahulu pendidikan S3 nya.

"Di dunia manapun, pendidikan sampai S3. Jadi kalau belum S3 menurut saya, pendidikannya belum sempurna," Ungkap Akso kepada Radar Cirebon. Rabu (24/5/2023).

Atas usaha dan kerja kerasnya, pria kelahiran 1 Desember 1958 inipun berhak menyandang gelar Doktor bidang Pendidikan Agama Islam.  Tak tanggung tanggung, Akso juga berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan predikat Cumlaude dan menjadi Mahasiswa terbaik dengan IPK sempurna, 4.00!

BACA JUGA:Biksu Thudong Menangis di Tegal, Sampai Angkat Jempol Kaki

BACA JUGA:ALAMAK! Dahlan Iskan Bocorkan Pertanyaan yang Enggan Dijawab Panji Gumilang, Paling Sensitif?

Ia berhasil menyelesaikan pendidikan S3 nya setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang mengangkat modernisasi pendidikan Islam Pondok Pesantren Nawesea di Sleman Yogyakarta yang menjadi lembaga pendidikan Islam unggul kelas dunia dan mencetak orientalis plus menurut Prof Dr Yudian Wahyudi PhD.

Menurut Prof Yudian, kata Akso, Pondok Pesantren Nawesea didirikan untuk mendorong santri santrinya untuk bisa memadukan antara orientalis (yang kebanyakan non muslim dengan iman. Sehingga lahir santri yang memenuhi persyaratan akademik orientalis sekaligus menjadi dosen islamic studies di Barat.

"Orientalis biasanya mempunyai empat kemampuan sekaligus yang jarang dimiliki oleh santri, yaitu kemampuan bahasa, yakni Bahasa Arab, Inggris, Bahasa Daerah dan sebagainya. Kemudian mereka juga mempunyai kemampuan penelitian, menulis dan mempresentasikan yang sangat baik, " Ungkapnya.

Analisis dalam disertasi Akso ini menggunakan teori dialektika Hegel tentang tesis. Tujuan dari penelitian disertasi Akso ialah untuk mendeskripsikan dan menemukan kebaruan dalam rangka menjawab tantangan globalisasi di pondok Pesantren Nawesea Yogyakarta sebagai objek penelitian.

BACA JUGA:'Cinta' Syekh Panji Gumilang yang Bertepuk Sebelah Tangan kepada Dahlan Iskan: Saya Hanya Kenal

BACA JUGA:MAU MAJU? Tiru Syekh Panji Gumilang: Tapi Mau Apa Tidak?

Akso yang merupakan pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Kementerian Agama dengan jabatan terakhir Kepala Biro AUAK IAIN Syekh Nurjati Cirebon itu berharap, pemikiran Prof Yudian dengan Pesantren Nawesea nya bisa diaplikasikan ke Pesantren lainnya. Mengingat sangat pentingnya penguasaan khazanah keilmuan islam oleh umat islam itu sendiri.

"Ini juga yang sebenarnya ingin saya aplikasikan juga di Pondok Pesantren di Cirebon. Kalaupun diberikan kepercayaan, saya siap untuk mengelola itu dan mencoba membawa visinya Prof Yudian, " Ucapnya. (awr/opl)

BACA JUGA:Jamaah Haji Bakal Terbang dari Bandara Kertajati, Bupati Karna Singgung Keberadaan Asrama Haji di Indramayu

BACA JUGA:Firli Bahuri Cs Selesai Desember 2023 Mendatang, Pemerintah Bentuk Panitia Seleksi Calon Pimpinan KPK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: