Santri Al Zaytun ‘Dicuci Otak’ Selama 6 -16 Tahun, Apakah Ada Indikasi Sesat?
Santri Mahad Al Zaytun menyatakan tidak ada yang disebut dengan dicuci otak.-Mahad Al Zaytun-radarcirebon.com
RADARCIREBON.COM - Gayung pun bersambut. Civitas, wali santri dan juga alumni Mahad Al Zaytun bicara soal kesesatan. Mereka sepakat, tidak perlu repot-repot untuk mendeteksi bahwa pondok tersebut sesat dan menyesatkan.
Cara paling gampang untuk mendeteksi kesesatan Al Zaytun, kata mereka, adalah dengan melihat para alumninya. Karena mereka sudah digembleng di pondok tersebut antara 6 hingga 16 tahun.
Waktu yang sangat panjang untuk mencuci otak para santri. Bahkan ada yang mengatakan lebih lama 6 kali lipat dari pada cuci otak yang dilakukan militer.
Menurut mereka, dari pada hanya mengeluarkan fatwa, lacak saja alumni pondok itu, apakah ada yang sesat? Jika ada yang sesat jumlahnya berapa? Sesatnya itu diperoleh di pondok atau di luar pondok?
BACA JUGA:Komentari Al Zaytun, Warga Singapura Bilang: Saya Sangat Nyaman
“Jika sesat itu di pondok, dalam pelajaran apa yang membuat sesat. Tolong tunjukkan,” komentar salah satu alumni pondok tersebut.
Hal yang senada juga diungkapkan salah satu civitas Al Zaytun, Alfi Satria. Dalam unggahannya di media sosial Facebook, dia juga mengatakan untuk menilai Al Zaytun sesat, cukup dilihat dari prilaku alumninya di tengah masyarakat.
Menurutnya, ada puluhan ribu alumni dan santri Mahad Al Zaytun. Mereka dididik 24 jam x 7 hari x 10 bulan setiap tahun. Mereka manjadi santri minimal 6 tahun, ada juga yang 12 atau 16 tahun.
“Ibarat cuci otak, otak mereka sudah tercuci bersih dan diisi dengan ilmu yang diberikan di Al Zaytun,” jelas dia.
Nah dari 6 hingga 16 tahun dicuci otak itu, Alfi Satria pun mengajukan beberapa pertanyaan. Di antaranya, adakah perilaku keseharian para alumninya yang menunjukkan kesesatan?
Kemudian, adakah yang ditangkap Densus 88 karena jadi teroris? Atau adakah yang mengkampanyekan NII?
Dari pertanyaan-pertanyaan itu, Alfi meminta untuk dijawab oleh pihak yang menuding sesat secara obyektif. “Tapi jangan dari katanya-katanya preman-preman yang bikin hoax di medsos ya,” pinta Alfi.
Unggahan Alfi Satria itu langsung dibanjiri para komentator. Sepertinya sebagian besar adalah para pendukung Mahad Al Zaytun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: