TERUNGKAP! Alasan Ujang Busthomi Memerangi Dukun Santet, Rumah Dibakar Banaspati, Diancam 7 Hari Lagi Mati

TERUNGKAP! Alasan Ujang Busthomi Memerangi Dukun Santet, Rumah Dibakar Banaspati, Diancam 7 Hari Lagi Mati

Kang Ujang Bushtomi mengungkap alasan mengapa dirinya memerangi dukun santet.-Dokumen-radarcirebon.com

CIREBON, RADARCIREBON.COM – Praktisi Ujang Busthomi mengungkap alasan mengapa dirinya memerangi dukun santet di berbagai wilayah, dan kini menjadi salah satu konten andalan di akun Youtube miliknya.

Saat ditemui radarcirebon.com di kediamannya, Ujang Bushtomi mengaku, sebenarnya dirinya tidak punya ketertarikan pada dunia praktisi spiritual.

Bahkan pernah bercita-cita menjadi qori internasional hingga ingin kuliah ke Al Azhar di Mesir. Namun, nasib berkata lain.

“Kelas 5 SD sudah memutuskan ngomong ke abah saya, minta keluar dari sekolah. Sempat dimarahi oleh orang tua. Akhirnya maksa dan orang tua merestui. Langsung masuk pesantren,” kata Ujang Busthomi.

BACA JUGA:Bid Porpam Polda Jabar Memeriksa Anggota Polres Cirebon Kota, dari Seragam hingga Tes Urine

Dirinya mulai mondok sejak tahun 1993 sampai dengan 2004 di pesantren salaf. Kemudian berkelana dari satu pondok ke yang lainnya di Banten hingga Kediri. 

Pria kelahiran 9, Februari 1982 itu mengaku, kemampuan menjadi praktisi memang diturunkan dari orang tuanya dan hal itu juga didukung kebiasaan di pesantren untuk melakukan puasa serta tirakat.

“Orang tua saya seorang praktisi, kakek, buyut juga sama. Waktu itu awalnya memang tidak tertarik. Karena melihat sosok orang tua saja, kasihan capek. Mengurusi orang yang sakit siang dan malam,” paparnya. 

Dalam perjalanan mewujudkan cita-cita sebagai qori internasional, Ujang Busthomi mengaku, sampai belajar ke mana-mana, ikut perlombaan mulai juara tingkat desa, kecamatan dan kabupaten.

BACA JUGA:5 Doa Akhir Tahun Hijriah Baca Setelah Salat Ashar Hari Ini, Insya Allah Mustajab

Bahkan pernah juara 3 tingkat Kabupaten Brebes pada tahun 2002. Setelah itu, mulai menghafal Alquran, karena ingin kuliah ke Al Azhar.

“Tapi Allah berkehendak lain, dalam persiapan untuk kuliah di Al Azhar, ayah meninggal dunia di tahun 2004. Saya blank, memutuskan keluar dari pesantren dan meneruskan abah saya. Dari dulu tidak mau seperti ini, tapi Allah berkehendak lain,” bebernya.

Di usianya yang baru 22 tahun ketika itu, Ujang Busthomi sudah harus menangani pasien yang biasa datang ke orang tuanya.

Pada masa itu, sempat juga timbul rasa ragu, karena merasa belum mumpuni. Tapi, sang guru di Kediri terus memberi motivasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: