'Persekusilah Al Zaytun sampai Puas', Orang Dalam Bawa-bawa Kesaktian Tongkat Nabi Musa

'Persekusilah Al Zaytun sampai Puas', Orang Dalam Bawa-bawa Kesaktian Tongkat Nabi Musa

Persekusi Mahad Al Zaytun masih terjadi hingga saat ini. -Kholil Ibrahim-radarcirebon.com

BACA JUGA:Residivis Asal Cilowa Kedapatan Bawa Narkoba Jenis Sabu, Ditangkap di Perempatan Jalan Baru Kuningan

“Yang pertama golongan umat yang mempergunakan akalnya untuk berpikir, menganalisa dan bertindak. Dan golongan kedua umat yang memakai hawa nafsunya untuk berpikir,” sebutnya.

Dia mengungkapkan, golongan yang mendukung Panji Gumilang dan Mahad Al Zaytun. Mereka berasal dari cendikiawan, ulama (orang-orang berilmu) baik muslim maupun nonmuslim. Juga golongan cerdik nan-pandai.

“Mereka berbondong-bondong mendukung dan membenarkan pemikiran Syech Panji Gumilang beserta lembaga pendidikannya, Al Zaytun,” jelasnya.

Sedangkan golongan lainnya Abdi Negara sebut sebagai sumbu pendek. Mereka adalah orang-orang yang hatinya kotor. Juga orang-orang yang mengedepankan hawa nafsu.

BACA JUGA:Pemkot Cirebon Dukung Penguatan Kapasitas Wartawan

Orang-orang ini, tunjuk dia, mempunyai kepentingan atas Al Zaytun. Mereka ingin memisahkan Panji Gumilang dengan Al Zatun.

Golongan terakhir inilah yang melakukan intimadasi, persekusi, justitifikasi dan stigma-stigma negatif kepada Panji Gumilang dan Al Zaytun.

“Dari dua golongan tersebut di atas kita tau kualitas mereka seperti apa,” sebut Abdi Negara.

Dia kemudian mengutip surat Al-Baqarah ayat  42 yang artinya: "Janganlah kamu mencampuradukkan antara yang hak dan bathil”.

BACA JUGA:Siswi SD Kelas 2 di Kuningan Diduga Jadi Korban Perundungan

Ayat tersebut katanya, yang dimaksud mencampuradukkan hak dan batil bukanlah keyakinan, agama ataupun pemikiran (ide). Melainkan perbuatan.

Dia menyontohkan, dilarang korupsi, tetapi tetap saja melakukan korupsi tanpa rasa bersalah. Padahal mereka tahu korupsi itu perbuatan bathil.

Contoh lainya, sebut dia, ada seorang profesor keliling bersafari dengan menyebar pemberitaan berdasarkan asumsi yang penuh kebohongan.

“Mengapa saya bilang asumsi, karena dia sendiri belum pernah tabayun dan menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimanakah Al Zaytun itu,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: