Cirebon Heboh Dikunjungi Pemeran Mantra Surugana; Jangan Nonton Sendirian

Cirebon Heboh Dikunjungi Pemeran Mantra Surugana; Jangan Nonton Sendirian

Pemeran dalam film Mantra Surugana: Cindy Nirmala, Tegar Satrya dan Dewa Dayana berkunjung ke XXI Ramayana Plered, Kabupaten Cirebon, Sabtu (29/7).-Ade Gustiana-radarcirebon

TENTANG MANTRA DAN WARISANNYA

Film MANTRA SURUGANA, mengangkat Mantra Sunda dalam tradisi naskah lama. Mantra ekspresi diucapkan dalam bahasa Sunda kuno yang digunakan 5 abad silam. 

Mantra Sunda dipandang sebagai dokumen dan kearifan lokal budaya Sunda. Pengamal Mantra atau orang yang memikirkan dan mengamalkan mantra tersebut menjadi suatu tujuan tertentu, pembatalan bahwa membaca Mantra sama dengan membaca Doa.

Pada dasarnya Mantra adalah ungkapan doa, yang digunakan untuk suatu tujuan baik. Teks-teks Sunda secara klasik menyiratkan bahwa umumnya mantra digunakan untuk kebaikan, kebaikan, kelembutan dan ketenangan.

Mantra digunakan untuk menolak bala dan marabahaya dalam upacara ruwatan. Sejak zaman Sunda kuno, laku ruwatan telah dilakukan untuk membersihkan tanah dari pengaruh buruk makhluk-makhluk jahat dan pengganggu, antara lain Udubasu, Kalabuat, Pulunggana, dan Surugana. Tapi ada juga yang berfungsi untuk tujuan jahat mencelakakan manusia.

BACA JUGA: Petani Indramayu Pusing Tujuh Keliling, Hama Tikus Serang Tanaman Padi Siap Panen dan Bibit

Seiring berkembangnya kebudayaan Sunda, mantra bertransformasi dalam setiap zaman dan tetap eksis hingga saat ini di tengah masyarakat Sunda.

Rajah, jangjawokan, asihan, adalah sebagian bentuk lain dari ungkapan mantra yang mengikuti penyesuaian zaman dan penggunaannya di masyarakat. Antara lain dalam bentuk ungkapan bahasa, istilah, dan unsur kesakralannya. Namun selalu ada benang merah yang terbentang dari masa lalu hingga masa kini.

Kajian struktur dan makna mantra telah mampu menguak eksistensi dan fungsi Mantra dalam upaya mengungkap baik dan buruknya penggunaan Mantra. Mantra layak disikapi secara bijak agar Pengamal dan masyarakat awam dapat hidup berdampingan, selaras dan harmonis “MANTRA MENJADI BAGIAN DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT SUNDA”.

Naskah-naskah Sunda Buhun 'Kuno' termasuk salah satu unsur budaya yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang melahirkan dan mendukungnya, yang tertulis pada daun gebang, lontar, gebang, belahan bambu, dan kulit kayu (daluang). Secara umum isinya mengungkapkan peristiwa masa lampau yang menyiratkan aspek kehidupan masyarakat, terutama aspek sosial dan budaya. (rilis)

BACA JUGA: Inilah Kebiasaan yang Mampu Memicu Tingginya Kolesterol dalam Darah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: