Sosok Crazy Rich Asal Cirebon yang Tak Banyak Diketahui Orang, Hartanya Tembus Rp 11,3 Triliun

Sosok Crazy Rich Asal Cirebon yang Tak Banyak Diketahui Orang, Hartanya Tembus Rp 11,3 Triliun

Sosok Crazy Rich asal Cirebon Rusdi Kirana.-Istimewa-radarcirebon.com

BACA JUGA:Di Google Maps, Mahkamah Konstitusi Jadi Mahkamah Keluarga, Begini Kata Anwar Usman

Sedekat apa hubungan Rusdi Kirana dengan Cirebon? Ternyata tidak sembarangan. Selain lahir di Kota Udang, sosok pengusaha ternama ini, juga menghabiskan masa kecil hingga masa mudanya di Cirebon.

Rusdi Kirana lahir pada 17, Agustus 1963 dari keluarga pedagang dan tumbuh besar di Kota Cirebon. 

Di awal usahanya, Rusdi menjalankan usaha penjualan mesin tik Brother yang merupakan sebuah merk dari Amerika Serikat.

Kemudian, Rusdi memutuskan kuliah di Universitas Pancasila. Ternyata, selama menempuh pendidikan tinggi tersebut, dia mulai mengenal bisnis penerbangan.

BACA JUGA:Inilah Deretan Smartphone yang Tidak Bisa Mengakses WhatsApp Mulai Hari Ini

Karenanya, begitu lulus kuliah, Rusdi Kirana dan kakaknya Kusnan Kirana mendirikan sebuah biro perjalanan. Juga pernah menjadi calo tiket di bandara.

Selama kurang lebih 10 tahun, bisnis biro perjalanan Rusdi Kirana yang diberi nama Lion Tour ternyata terus bertumbuh.

Usaha ini berjalan sampai tahun 1999 ketika pemerintah melakukan deregulasi terkait dengan penerbangan, sehingga memungkinkan swasta untuk masuk.

Lantaran tidak punya modal, Rusdi kemudian menghubungi beberapa kerabat di Glodok. Tetapi, tidak mudah meyakinkan mereka untuk berinvestasi.

BACA JUGA:Cirebon Masuk Deretan Kota Paling Nyaman, Cuma Kalah dari Solo dan Jogja

Singkat cerita, lewat beragam cara akhirnya mereka berhasil mengumpulkan uang Rp80 miliar untuk modal awal pendirian Mentari Lion Airlines pada 2, September 1999.

Perusahaan ini mulai menyewa pesawat untuk armada mereka, dan ketika itu baru memiliki Boeing 737-200 yang merupakan pesawat sewaat.

Tibalah Bulan Juli 2000, di mana pesawat tersebut terbang perdana dengan rute Jakarta-Pontiak pulang pergi (PP).

Di masa awal, maskapai tersebut terbilang sangat kesulitan bersaing, karena tidak banyak yang percaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: