Kenapa Orang Luar Negeri Bangga dan Mengakui Gunung Padang Peninggalan Leluhur Mereka?

Kenapa Orang Luar Negeri Bangga dan Mengakui Gunung Padang Peninggalan Leluhur Mereka?

Gambaran animasi Situs Gunung Padang di Cianjur dalam tayangan Ancient Apocalypse di Netplix. Foto: -Tangkapan layar-Ancient Apocalypse

Kenapa Orang Luar Negeri Mengakui Gunung Padang Sebagai Peninggalan Leluhur Mereka? 

RADARCIREBON.COM - Gunung Padang sebagai situs purbakala terbesar di Asia Tenggara saat ini telah menarik banyak wisatawan untuk datang.

Tidak hanya wisatawan dari dalam negeri, banyak juga yang datang dari luar negeri. Bahkan, situs prasejarah yang terletak di Cianjur ini telah menarik seorang jurnalis terkenal bernama Graham Hancock.

Graham Hancock merupakan jurnalis ternama yang tertarik dengan tempat-tempat peninggalan Zaman Es yang diduga sebagai peradaban yang hilang.

Dia berkeliling dunia termasuk ke Indonesia untuk mendatangi dan mendokumentasikan Situs Gunung Padang di Cianjur.

BACA JUGA:Leluhur Orang Indonesia Menguasai Teknologi Canggih? Lihat Bukti dari Pembangunan Situs Gunung Padang

Nah, selain Graham Hancock, sudah banyak wisatawan asing yang datang ke Gunung Padang. Umumnya mereka tertarik dengan hasil penelitian serta kisah dan narasi seputar Gunung Padang.

Apalagi, Gunung Padang diyakini sebagai situs prasejarah yang lebih tua dari Piramida Mesir yang sudah lebih dulu terkenal. Bahkan, Gunung Padang berpotensi menjadi piramida tertua di dunia. 

Ketika berziarah ke Gunung Padang, orang-orang dari luar negeri juga mengatakan ingin menziarahi tempat peninggalan leluhur mereka.

Apakah ini berarti orang-orang bule dari Eropa dan Amerika mengakui situs Gunung Padang sebagai peninggalan leluhur mereka?

BACA JUGA:Bukan Raksasa atau Alien, Berusia 7.200 Tahun, Lantas Siapa yang Membangun Situs Gunung Padang?

Hal ini terasa janggal mengingat Gunung Padang berada di Indonesia. Tepatnya di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. 

Yang artinya jauh sekali jaraknya dengan tempat tinggal leluhur orang Eropa dan Amerika.

Namun demikian, Dr Ali Akbar, seorang arkeolog lulusan Universitas Indonesia, memiliki hipotesisnya sendiri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: