Ano Targetkan Raih Piala Adipura
RS, Terminal, dan Pasar Jadi Titik Pantau Utama CIREBON– Tahun 2013 lalu piala Adipura lepas dari genggaman Pemkot Cirebon. Memasuki tahun 2014, piala di bidang kebersihan lingkungan itu ditargetkan kembali singgah di Kota Cirebon. Sebab, dalam sejarahnya Kota Cirebon hampir selalu mendapatkan Piala Adipura. Wali Kota Cirebon Drs H Ano Sutrisno MM mengatakan memasuki tahun 2014 ini seluruh elemen di Pemkot Cirebon berusaha dan berjuang dengan keras agar meraih kembali predikat kota bersih dengan raihan piala adipura. “Kami menargetkan tahun ini piala adipura kembali diraih,” ucapnya kepada Radar seusai menerima kunjungan tim verifikasi penilaian Piala Adipura, akhir pekan lalu. Berbagai persiapan dilakukan dalam penataan lingkungan. Selain itu, lanjutnya, seluruh elemen melakukan sosialisasi kepada masyarakat, agar menciptakan lingkungan bersih dengan pola hidup sehat. Salah satu upaya yang terus dilakukan, memberikan penyadaran kepada warga agar tidak membuang sampah sembarangan. Tidak hanya untuk warga masyarakat, Ano mengimbau SKPD dan instansi perkantoran di Kota Cirebon agar menjaga dan merawat kebersihan lingkungannya. “Itu wajib. Perusahaan swasta juga harus turut serta,” ujarnya. Sekretaris Tim Piala Adipura Ir Agung Sedijono Msi menerangkan, persiapan yang telah dilakukan dengan melakukan konsolidasi SKPD-SKPD yang bertanggung jawab terhadap titik pantau. Seperti, Kantor Lingkungan Hidup (KLH), Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Dinkes dan Disdik. Beberapa bulan lalu, titik pantau sudah dicek oleh tim penilai dari Kementrian Lingkungan Hidup. “Ada beberapa kekurangan yang harus diperbaiki,” terangnya. Tim Piala Adipura Kota Cirebon, lanjutnya, menilai titik pantau di sekolah-sekolah sudah lebih baik. Penilaian dari segi kebersihan dan lingkungan di sekolah, menjadi salah satu kunci keberhasilan mendapatkan nilai tinggi dalam lomba meraih piala adipura. Agung yang juga kepala KLH itu menilai titik pantau publik yang harus terus dibenahi. Namun, pemerintah saja tidak cukup. “Titik pantau publik memerlukan peran masyarakat. Ini yang agak susah mendorongnya,” beber Agung. Sebagai contoh, kawasan lingkungan perumahan. Jika titik pantau ini diserahkan kepada ketua RW sepenuhnya, pasti akan keberatan. Sebab, lanjutnya, semangat gotong royong dan kerja bakti warga saat ini sangat menurun jauh dibandingkan jaman dulu. “Ini menjadi kendala,” ujarnya. Bersama DKP, KLH seringkali melakukan kerja bakti dengan Kelurahan saat menemukan sampah liar. Seperti, di Jl Terusan Pemuda dan Jl Evakuasi. Sampah liar itu dibersihkan oleh para petugas dan staf KLH maupun DKP serta kelurahan di lokasi sampah liar itu bertempat. Untuk penilaian selanjutnya, bobot tertinggi ada pada beberapa tempat publik. Seperti rumah sakit (RS), terminal, stasiun kereta, dan pasar. Untuk penilaian bobot tinggi itu, ujar Agung, tim piala adipura Kota Cirebon sudah melakukan langkah pembenahan. Diantaranya, untuk terminal tinggal memperbaiki ruang berlakang dan penambahan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Titik pantau pasar, diperlukan penambahan RTH dan pengelolaan limbah. “Pasar perlu difasilitasi pembuangan limbahnya agar bagus. Penting juga jangan sampai ada sampah telat angkut,” jelasnya. Penilaian tahap kedu atau P-2, diperkirakan akan hadir antara sebelum atau sesudah pemilu legislatif. (ysf)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: