Wahai Calon Pemimpin Kabupaten Cirebon, Dengarkan Keresahan Petambak Garam

Wahai Calon Pemimpin Kabupaten Cirebon, Dengarkan Keresahan Petambak Garam

Salah satu petambak garam asal Desa Pengarengan, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Safiq Ahmad Riadi sedang memanen hasil semaiannya.-ISTIMEWA/RADARCIREBON.COM-

CIREBON, RADARCIREBON.COM – Sebagai salah satu wilayah yang terletak di pesisir Pantai Utara Jawa (Pantura), Kabupaten Cirebon di kenal sebagai sentra penghasil garam di wilayah Jawa Barat.

Berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Cirebon, luas lahan garam yang diolah oleh masyarakat atau badan usaha sebanyak 1.557,75 hektare dari potensi lahan yang ada seluas 3.140,00 hektare.

Lahan garam di Kabupaten Cirebon tersebar diberbagai kecamatan meliputi, Losari, Gebang, Pangenan, Astanajapura, Mundu, Gunungjati, Suranenggala dan Kapetakan.

BACA JUGA:120 Anggota DPRD Jabar Dilantik, Pj Gubernur Ajak Bersinergi Membangun Jawa Barat

BACA JUGA:Angkat Budaya Lokal dan Ekonomi Masyarakat Jatiseeng Ciledug Lewat Festival Cai Diraga Nyiru 2024

BACA JUGA:Komitmen Lestarikan Nilai Sejarah dan Budaya, Pj Wali Kota Resmikan Museum Topeng Cirebon

Dari 8 kecamatan tersebut, Pangenan memiliki lahan yang paling luas, yakni sekitar 800 hektare yang tersebar di Desa Ender, Pangenan, Bendungan, Rawaurip, Pengarengan dan Astanamukti.

Pada puncak musim kemarau saat ini, produksi garam sedang tinggi-tingginya. Tahun lalu, tercata hasil produksi telah mencapai 51.002 ton sampai dengan bulan Oktober 2023.

Kendati demikian, masih banyak kendala yang dialami oleh para petambak garam, menurut salah satu petambak garam muda asal Desa Pengarengan, Safiq Ahmad Riadi bahwa lahan garam di sejumlah daerah sentra produksi mulai menyusut.

BACA JUGA:Terima Program MBKM PKKM Unpad, Pj Wali Kota: Dukung untuk Kembangkan SDM dan Tata Kelola Pemerintahan

BACA JUGA:Begini Saran Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat Agar Pendaftaran QR Code Berhasil

Dia menyebutkan, penyebab dari susutnya areal tambak garam diantaranya karena faktor alam, seperti abrasi pantai dan faktor manusia, yakni alih fungsi lahan.

“Abrasi pantai membuat sebagian besar lahan garam menghilang, seperti yang terjadi di Desa Rawaurip. Sementara, di Pengarengan alih fungsi lahan. Pemukiman warga sudah mulai ke arah utara dan ada wacana akan ada pembangunan pabrik dan sebagainya,” ucapnya.

Tentu saja hal ini harus menjadi perhatian serius bagi para pemangku kebijakan, apalagi saat ini momentum Pilkada.

“Para calon pemimpin masa depan Kabupaten Cirebon harus bisa memberikan perhatian lebih kepada petambak garam, karena salah satu potensi terbesar yang mampu mendongkrak perekonomian warga,” ungkap mantan alumni PMII ini.

BACA JUGA:Dani Mardani Suport Perbaikan Masjid Assalam Larangan Timur Harjamukti Kota Cirebon

BACA JUGA:Bey Machmudin Serahkan SK Pensiun kepada 180 ASN Purna Tugas: Tetap berkontribusi di Berbagai Bidang

Artinya, harus ada program yang rill agar dua persoalan utama ini bisa ditangani secara serius. Sebab, jika lahan tambak garam perlahan hilang. Maka, sumber mata pencaharian masyarakat akan hilang.

“Kalau lahan tambak garam menyusut, kami-kami ini mau usaha apa? Tolong para calon pemimpin harus ada perhatiannya,” tegasnya.

Tidak hanya itu, masalah lain yang menjadi kendala para petambak garam adalah persoalan harga. Selama ini, tidak ada standar harga yang menjadi patokan seperti komoditi lainnya.  Sehingga, harga garam fluktuatif.

“Bahkan, ketika hasil panen melimpah, harga selalu anjlok. Maka, perlu ada kebijakan menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET),” beber pembina XTC.

Dia berharap, para calon pemimpin Kabupaten Cirebon kedepan mampu mengakomodir kepentingan para petambak garam. Sehingga, nasib petambak garam semakin maju dan kualitasnya pun semakin baik. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: reportase