Inilah Perbedaan Solo, Surakarta, Kartasura dan Salatiga yang Perlu Diketahui

Inilah Perbedaan Solo, Surakarta, Kartasura dan Salatiga yang Perlu Diketahui

Pemandangan tampak atas Kota Solo, Jawa Tengah. Foto: -Yuda Sanjaya-Radarcirebon.com

Sekarang ini nama Kartasura hanya merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Jateng. Daerah ini juga berbatasan langsung dengan Kota Surakarta atau Solo.

Seperti diketahui,  "Kartasura" diambil dari bahasa Jawa Kuno. Karta artinya "makmur".  Dalam bahasa Sanskerta kata “kṛta” berarti suatu pencapaian.

Sementara dalam bahasa yang sama, nama “sura”yang berarti "berani". Dengan demikian nama Kartasura yang dimaksud berarti sebuah kota yang berani berjuang untuk kemakmuran suatu bangsa.

Nama Kartasura, menjadi nama cikal bakal nama Solo dan Surakarta. Hal ini merujuk pada kota yang sama dengan perbedaan penggunaan. 

Dulu, Keraton Kartasura adalah bekas istana dan ibu kota Kerajaan Mataram Islam pada tahun 1680-1745, setelah Keraton Plered. Keraton Kartasura didirikan oleh Susuhan Amangkurat II yang memerintah pada tahun 1677-1703 M.

Pada tahun 1742 ada pemberontakan. Pihak kerajaan semakin terdesak. Hal tersebut membuat raja, kerabat, dan pengikutnya yang masih setia harus mengungsi ke Ponorogo, Jawa Timur. 

Para pemberontak berhasil menduduki dan merusak bangunan Keraton Kartasura. Pemberontakan tersebut kemudian dapat dipadamkan oleh Pakubowono II dengan bantuan pasukan VOC. 

4. Salatiga

Banyak dokumen yang menjelaskan asal-usul Kota Salatiga, Jateng. Dokumen tersebut tertangkap dari beberapa sumber. Misalnya dari cerita rakyat, prasasti, dan hasil penelitian. 

Jika dilihat dari cerita rakyat, Salatiga berasal dari tiga kesalahan yang dilakukan oleh Ki Ageng Pandan Arang dan istrinya, Nyai Ageng Pandan Arang.

Ke-3 kesalahan dari pasangan tokoh utama itu adalah kikir dan pelit, sombong, dan membuat rakyat sengsara. 

Ceritanya berawal saat Ki Ageng Pandan Arang pergi mengembara bersama Sunan Kalijaga. Dalam perjalanan, Sunan Kalijaga meminta Ki Ageng untuk meninggalkan hartanya. 

Ki Ageng menepati janjinya. Hanya saja istrinya melanggar. Sang isteri justru memasukkan emas dan berlian ke dalam tongkat Sunan Kalijaga. 

Sunan Kalijaga akhirnya menamakan tempat tersebut Salatiga, yang berasal dari kata "Salah Tiga". Sunan Kalijaga berharap agar kota ini kelak menjadi tempat yang baik dan ramai. 

Selain cerita rakyat, asal-usul Kota Salatiga juga dapat diungkap dari Prasasti Plumpungan. Dalam prasasti ini menunjukkan jika Salatiga sudah ada sejak tahun 750 M.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: