Gawat, Tidak Ada Ruang Pelayanan Khusus Bagi Caleg Depresi

Gawat, Tidak Ada Ruang Pelayanan Khusus Bagi Caleg Depresi

MAJALENGKA – Momen pemilu legislatif (Pileg) 9 April nanti, tinggal menghitung hari. Dari 530-an calon anggota legislatif (caleg) yang akan “bertarung” pada pemilu, ternyata hanya 50 orang yang bakal duduk di kursi DPRD Kabupaten Majalengka periode 2014-2019. Akan ada 90 persen mantan caleg yang kurang beruntung, dan bukan tidak mungkin bakal mengalami depresi atau gangguan kejiwaan. Pemicunya karena mereka berambisi untuk menjadi senator dengan modal yang tidak sedikit. Sayangnya lagi, untuk mendapatkan perawatan bagi caleg asal Majalengka yang mengalami depresi karena tidak terpilih untuk manggung di kursi legislatif, mesti melakukan perawatan di luar kota. Pasalnya, di Majalengka, pada dua rumah sakit milik pemerintah tidak disediakan layanan ruangan khusus bagi pasien yang mengalami gangguan jiwa. Seperti yang diungkapkan Direktur RSUD Majalengka dr Asep Suandi, pihaknya hanya menyediakan layana berobat jalan bagi penderita penyakit depresi melalui dokter ahli kejiwaan dan psikiater saja. “Untuk ruangan khusus rawat inap pasien gangguan jiwa, kebetulan belum kita sediakan. Paling juga cuma ada pelayanan rawat jalan untuk berobat ke dokter spesialis kejiwaan, atau layanan konsultasi dengan psikiater,” kata Asep, kemarin (25/3). Di samping itu, penyediaan ruangan khusus caleg depresi, juga tidak ada dalam rancangan dan rencana kerja RSUD Majalengka, lantaran hal itu mesti memerlukan kebijakan khusus dan pertimbangan kemanusiaan, sehingga tidak bisa dilakukan secara dadakan atau dipaksakan sekalipun. Menurutnya, bisa saja penyakit gangguan kejiwaan menimpa siapa saja yang mengalami tekanan pikiran yang sangat berat, sehingga lepas kontrol dan karena tidak kuat menahan tekanan yang sangat kuat tersebut. Biasanya, penyakit ini rentan dengan penyebab tekanan ekonomi. Hal ini tentunya bisa saja terjadi pada caleg yang gagal menduduki kursi legislatif jika telah memperhitungkan berapa nilai kerugian ekonomi berupa biaya dan modal yang telah dikeluarkannya untuk misi menduduki kursi DPRD, namun gagal karena suaranya tidak memenuhi kuota suara yang ditentukan. “Biasanya yang paling banyak penyebabnya adalah tekanan ekonomi, hingga mempengaruhi kelabilan jiwa. Sehingga berdampak terhadap tekanan jiwa pasien. Hingga khirnya stres, depresi, dan psikotik,” ujarnya. Dijelaskan, jenjang penyakit kejiwaan terbagi menjadi beberapa tingkatan. Di antaranya depresi ringan, sedang, hingga depresi berat. Yang ringan, kata asep, biasanya hanya sekedar dihantui rasa cemas dan uring-uringan atau gelisah. Kalau yang sedang, biasanya yang tadinya ceria berubah menjadi mudung, menyendiri dan bahkan timbul rasa putus asa. Sedangkan yang berat, bisa dilihat cirinya dari orang tersebut yang jadi sering berbicara sendirian, hingga mengamuk tidak jelas. “Kalau yang depresi ringan, cara menanggulanginya cukup berobat jalan atau konsultasi dengan psikiater saja. Tapi memang kalau yang depresi berat mesti rawat inap sambil diobati dan diterapi, karena dikhawatirkan bisa mengganggu orang lain di sekitarnya,” tegasnya. (azs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: