Berkat Peran Pemain Keturunan dan Pembinaan Usia Dini, Maroko Sukses Mendunia

Maroko Mendunia, Peran Pemain Keturunan dan Pembinaan Usia Dini-NU Online_Screenshot-radarcirebon.com
RADARCIREBON.COM - Tahun 2022 menandai fase bersejarah baru bagi sepak bola Maroko. Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam meraih pencapaian luar biasa dengan menjadi tim pertama dari Afrika yang berhasil mencapai semifinal Piala Dunia.
Dalam kompetisi yang diadakan di Qatar, Maroko menunjukkan performa mengesankan, mengalahkan tim-tim besar seperti Spanyol di babak 16 besar melalui adu penalti, dan melanjutkan prestasi mereka dengan menyingkirkan Portugal di perempat final.
Meskipun mereka kalah dari Kroasia dalam perebutan tempat ketiga, prestasi gemilang Maroko tidak akan terlupakan oleh dunia.
BACA JUGA:Ungkap 7 Kasus Tindak Pidana, Polresta Cirebon Amankan 9 Tersangka
BACA JUGA:Diterjang Derasnya Banjir, Beberapa Kendaraan Roda Empat Terbawa Hanyut
Penampilan luar biasa ini menetapkan mereka sebagai pelopor dari benua Afrika dalam sejarah sepak bola global.
Sebelumnya, Maroko juga telah membuat sejarah sebagai tim dari Afrika pertama yang mencetak poin dalam Piala Dunia 1970 serta mencapai babak knockout di edisi 1986.
Namun, setelah itu, pencapaian mereka menurun. Maroko gagal tampil di Piala Dunia 1990, dan meski kembali berkompetisi di tahun 1994 dan 1998, mereka hanya sampai di fase grup.
Dalam empat edisi berikutnya, tim ini bahkan tidak pernah mencapai tahap final. Penurunan performa ini memaksa Federasi Sepak Bola Kerajaan Maroko (FMRF) untuk melakukan reformasi besar-besaran dengan dukungan dari Raja Mohammed VI.
BACA JUGA:Air Sungai Limpas, Sejumlah Desa dan Kelurahan di Kabupaten Cirebon Terendam Banjir
BACA JUGA:Menteri Abdul Kadir Karding Sosialisasikan Program Pekerja Migran di B-Universe
Maroko berhasil menggabungkan pemain-pemain diaspora ke dalam tim mereka. Di Piala Dunia 2022, 14 dari 26 anggota skuad Maroko berasal dari diaspora.
Sebagai perbandingan, pada Piala Dunia 2018, terdapat 17 pemain diaspora, menjadikan mereka tim dengan jumlah diaspora tertinggi dalam turnamen tersebut.
Pada pendekatan naturalisasi, Maroko menerapkan cara yang lebih terorganisir. Para pemain diaspora yang membela Tim Singa Atlas tidak dipaksa untuk bergabung, tetapi melakukannya secara sukarela karena merasakan koneksi emosional dengan tanah asal mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: